Menghabiskan sore hari sambil menikmati kudapan hangat merupakan suatu yang mengasyikkan, apalagi jika seluruh anggota keluarga berkumpul. Sembari menikmati kudapan, komunikasi hangat pasti akan mengalir, dan ini sungguh hal yang sangat indah dikenang dan dirindukan ketika kita mulai dewasa dan menua.
Selain rindu akan kehangatan keluarga yang terjalin ketika ngobrol sore, kudapan yang walaupun sederhana menjadi satu hal yang sangat dirindu. Kudapan yang biasa disiapkan para bunda merupakan kudapan tradisional yang mudah diolah dan nikmat rasanya.
Masih lekat di ingatan penulis, ketika menghabiskan sore dengan menikmati kudapan yang disiapkan bunda yang selalu nikmat seperti pisang goreng wijen, jemblem, gethuk lindri, ote-ote, lemet, rondho royal, donat bedak ataupun hanya pala pendhem (makanan tradisional yang terbuat dari tanaman yang ditanam atau dipendhem (Bahasa Jawa) di tanah yang direbus.
Jika tak sempat mengolah, bunda selalu berusaha membeli kue putu, cenil, tiwul, horog-horog, gatot, gronthol atau bledhus, dan masih banyak lagi. Itu semua selalu menjadi hal yang sangat berkesan lalu kemudian kutiru dan kubuat untuk keluarga.
Kue Puthu
Salah satu kudapan tradisional yang nikmat, legit dan ingin selalu memakannya lagi adalah kue putu atau puthu, yang tak asing di lidah orang Jawa. Tak hanya rasanya, namun proses mengolahnya dan pedagangnya juga menjadi sesuatu yang istimewa.
Disebut dengan putu, merupakan kata serapan dari bahasa Jawa puthu yang berasal dari bahasa Jawa Kuno puthon yang artinya bundar yang merujuk pada bentuk selongsong atau rongga bambu sebagai cetakannya.
Kue yang terbuat dari tepung beras dan kelapa yang dikukus menggunakan selongsong bambu bersisi gula aren ini mempunyai tekstur yang lembut dan ketika dimakan gula aren yang mencair, membuatnya terasa lumer di lidah. Gurih bercampur manis. Parutan kelapa yang menjadi pelengkapnya membuatnya semakin gurih dan beraroma.
Suara yang ditimbulkan dari rongga kukusan puthu menjadi ciri khas tersendiri. Suara melengking disertai uap menjadikan penjual puthu ini sering ditunggu. Meskipun sudah langka, pedagang puthu ini biasanya menjual dagangannya dengan dipikul, di gerobak atau dibawa dengan sepeda onthel.