Selain untuk kegiatan upacara, bunga-bunga ini dipergunakan untuk aktivitas sembahyang setiap hari. Aktivitas rutin ini merupakan tradisi sebagai bentuk penghormatan pada Sang Hyang Widhi Wasa serta supaya mendapatkan perlindungan dan berkah dari-Nya sang pencipta alam semesta.
Mengenal Sembahyang dan Upacara Tradisi Hindu
Kegiatan sembahyang dalam tradisi Hindu selalu menggunakan sarana bunga. Selain bunga ada sarana lain yaitu api dan air. Aktivitas tradisi sembahyang umat Hindu setiap hari dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Mesodan, ibadah yang dilakukan setiap pagi hari. Sesajen yang disiapkan adalah canang berisi bunga dan dupa, cangkir kecil berisi kopi dan jajanan dalam piring kecil yang kemudian diletakkan jadi satu dalam sodan (tempat sesajen). Sodan ini kemudian ditempatkan di palinggih atau sanggah (tempat Tuhan bersthana) yang dipercaya sebagai tempat istana Dewa. Dihaturkan sembari mengucap mantra persembahan dan ngayap (menggerakkan jari maju mundur). Sodan ini bisa dilungsur atau diambil kembali saat siang atau sore. Kegiatan mesodan dilakukan pagi hari sebelum beraktivitas dan dilakukan setiap hari.
- Metanding canang (membuat canang), adalah aktivitas umat Hindu membuat atau mengatur sesajen untuk keperluan upacara. Dalam aktivitas sehari-hari ini canang dibuat dengan jejaitan ceper atau daun pisang, sebagai wadah, ditambah berbagai bunga di atasnya. Biasanya dilakukan lebih dari satu orang jika ada upacara besar karena membutuhkan sesajen yang kompleks. Dalam mempersiapkan upacara metanding canang dilakukan oleh kerabat atau sanak saudara dan biasanya dilakukan oleh kaum perempuan yang sejak dini harus dilatih agar mahir dalam metanding.
- Mebanten dikenal dengan mebanten canang, merupakan ibadah yang wajib dilakukan sebelum persembahyangan. Sarana yang digunakan adalah canang, tirta, dupa, bunga ditambah permen dan biskuit. Biasanya aktivitas ini dilakukan di sore hari, kecuali saat hari suci tertentu.
- Mesaiban juga dilakukan oleh masyarakat Hindu untuk membuat keperluan keagamaan dan banyak dikerjakan oleh kaum perempuan. Berupa potongan kecil daun pisang berisi nasi, lauk dan saur (serundeng kelapa) yang diletakkan di luar (diwang) rumah. Setiap selesai memasak sebelum makan, umat Hindu akan memotong kecil daun pisang dan ditempatkan di atas nampan lalu diberi nasi sukla (nasi yang belum dimakan sehabis memasak) secukupnya dan lauk sukla (belum dimakan), saur, kacang dan garam. Sesajen ini dihaturkan di setiap pelinggih dan pekarangan rumah sembari mengucap mantra persembahan dan ngayap. Aktivitas ini sebagai bentuk ucapan rasa syukur atas berkah dan anugerah pangan yang telah diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa kepada manusia.
- Mejejaitan, merupakan aktivitas yang sering dilakukan oleh masyarakat Hindu membuat sarana upacara untuk keperluan keagamaan. Bahannya terdiri dari slepan (daun kelapa tua), busung (daun kelapa muda), ibung (sejenis daun mirip lontar) dan semat sebagai perekat yang dibuat dari bambu diiris kecil. Jenis jejaitan ini beragam, mulai jejaitan untuk sesajen upacara kecil (ceper, celemik, tamas dan lain sebagainya) hingga untuk sesajen upacara besar. Mejejaitan ini dilakukan oleh kaum perempuan.
Pada masa kerajaan Hindu, bunga merupakan hal yang sangat penting sebagai simbol Sang Hyang Widhi Wasa dan sebagai sarana persembahyangan (sesajen) yang dipersembahkan kepada Tuhan serta sinar suci-Nya, para leluhur dan para rsi.
Makna Bunga Upacara Tradisi Hindu
Pattram puspam phalam puspam phalam toyam
Yome bhaktya prayaccati
Tad aham bhaktyu pakrtam,
Asnami prayatat asnamah
(Bg . 9.26)
Artinya adalah : “Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan kepada-Ku daun, bunga, buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, Aku terima.”
Kutipan Kitab Suci umat Hindu, Bhagavadgita bab IX sloka 26 ini menyebutkan unsur-unsur pokok persembahan yang ditujukan pada Sang Hyang Widhi Wasa adalah bunga, selain daun, air dan buah-buahan. Bunga persembahan juga tidak boleh sembarangan, harus segar dan tidak rusak, sobek atau dimakan ulat.