Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyelisik Mpu Bulul, Bunga Sesajen dan Tradisi Upacara Keagamaan Hindu

28 November 2023   13:15 Diperbarui: 4 Januari 2024   05:48 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Upacara Melasti Hindu Bali | Ilustrasi | Foto : traveloka

       Menjelajah kisah Mpu Bulul seolah berkelana ke dunia dongeng. Laksana empat bersaudara di sekuel film Narnia, penulis merasa seperti menembus waktu melalui gerbang mimpi menelusuri desa Kajatan (cikal bakal desa Bulul atau Bunulrejo) yang memiliki taman dan telaga yang eksotis pada zaman Kerajaan Medang.

       Dalam kisah yang sudah tertuang dalam tiga tulisan tentang Mpu Bulul sebelumnya telah kita ketahui bersama bahwa Mpu Bulul merupakan sosok istimewa yang dapat dibilang seorang yang multitalent.

       Andaikata ia hidup di dunia masa kini, pemuda Bulul ini dapat digambarkan seperti komedian ternama Indonesia Ernest Prakasa. Dilansir dari laman redaksi.com, Ernest Prakasa adalah seorang komedian yang juga piawai sebagai aktor, penulis skenario dan juga buku, sutradara, dan produser.

Mpu Bulul mengelola sebuah desa di dalam kerajaan Medang Kamulan, Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan lanjutan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah yang berdiri pada abad ke-10 beribukota Wantan Mas yang terletak di kawasan sungai Brantas. Sebelumnya, Kerajaan Medang berdiri di Jawa Tengah dengan nama Kerajaan Mataram.

       Kerajaan Mataram hancur ketika Gunung Merapi Meletus yang kemudian berpindah ke Jawa Timur. Hal ini dapat diketahui melalui Prasasti Mantyasih yang menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Medang saat berada di Jawa Tengah adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Salah satu peninggalan Kerajaan Medang | foto : indephedia.com 
Salah satu peninggalan Kerajaan Medang | foto : indephedia.com 

       Sebagai ahli taman dan merangkai bunga, Mpu Bulul tak pernah asing dari ritual-ritual atau upacara-upacara agama di kerajaan Hindu Medang. Bersama warganya ia membudidayakan bunga untuk keperluan ritual rutin kerajaan sebab bunga adalah sarana yang sangat penting dalam setiap upacara keagamaan.

       Bagi umat Hindu, bunga merupakan unsur penting dalam ritus atau offering kepada Dewa.   Bunga merupakan salah satu bagian dari organ tumbuhan yang juga berfungsi sebagai cikal bakal terbentuknya zigot atau keturunan baru.

       Bunga mempunyai fungsi dan arti yang sangat penting dalam persembhayangan. Bunga mempunyai fungsi sebagai simbol Tuhan (Shiwa), wujud bakti kepada-Nya dan mempunyai fungsi sebagai sarana persembahyangan. Arti bunga dalam persembhayangan adalah sebagai lambang ketulusikhlasam yang suci serta melambangkan arti sifat cinta kasih Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan).

Bunulrejo di masa lalu sangat dikenal sebagai produsen bunga upacara. Kaitannya dengan kebun bunga, keberadaan sumber air atau beji yang berada di sekitarnya merupakan hal penting untuk kesuburan tanaman bunga yang dibudidayakan oleh Mpu Bulul.

 

Bunga padma atau teratai yang merupakan simbol kesucian dalam Hindu Budha | ilustrasi | Foto : rumah.com
Bunga padma atau teratai yang merupakan simbol kesucian dalam Hindu Budha | ilustrasi | Foto : rumah.com

Bunga Padma Simbol Kesucian

       Seperti telah kita ketahui bahwa Mpu Bulul telah membuah maha karya sebuah taman bunga dan telaga yang bertaburan bunga padma atau teratai. Bunga-bunganya dibudidaya oleh Mpu Bulul sendiri Bersama warga desanya di desa Kajatan.

Dalam agama Hindu, bunga padma atau teratai merupakan sarana utama dalam upacara-upacara Panca Yadnya yang digunakan pandita-pandita ketika melakukan surya sewana yaitu pemujaan Matahari.  

Bunga Padma atau Teratai yang tengah mekar di kolam Museum Brawijaya Malang | dok. pribadi 2023
Bunga Padma atau Teratai yang tengah mekar di kolam Museum Brawijaya Malang | dok. pribadi 2023

      Bunga padma atau teratai itu sendiri mempunyai filosofi yang mendalam bagi umat Hindu dan juga Budha. Bunga ini merupakan simbol kesucian dan keagungan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) yang helai daun bunganya berjumlah delapan.

       Delapan helai daun bunganya ini sesuai dengan jumlah manifestasi Sang Hyang Widhi di arah penjuru mata angin sebagai kedudukan horizontal. Puncak mahkotanya berupa sari bunga yang menggambarkan symbol kedudukan Sang Hyang Widhi secara vertikal dalam manifestasi sebagai Shiwa (adathasana atau dasar),  Sadashiwa (madyasana atau tengah) dan Paramashiwa (agrasana atau puncak).

Bunga Padma atau Teratai yang bermekaran di kolam Museum Brawijaya Malang | dok. pribadi 2023
Bunga Padma atau Teratai yang bermekaran di kolam Museum Brawijaya Malang | dok. pribadi 2023

       Bunga padma adalah bunga yang sangat istimewa. Mengapa? karena ia hidup dalam tiga alam. Ia hidup dalam tanah atau lumpur yang artinya bhumi pertiwi, air atau apah dan udara atau akasa.

Dewa Ganesha bersila di atas padmasana |ilustrasi| foto : balitribune.com
Dewa Ganesha bersila di atas padmasana |ilustrasi| foto : balitribune.com

       Bunga–bunga yang ditanam oleh Bulul tidak hanya teratai yang tumbuh di telaga saja, tetapi juga berbagai macam bunga di taman yang mengelilingi telaga serta bunga-bunga yang dipergunakan saat upacara dan ritual kerajaan. Alasannya (sambhanda) karena bunga tidak hanya untuk memperindah bentang lahan, namun hasilnya juga digunakan untuk keperluan upacara.

       Selain untuk kegiatan upacara, bunga-bunga ini dipergunakan untuk aktivitas sembahyang setiap hari. Aktivitas rutin ini merupakan tradisi sebagai bentuk penghormatan pada Sang Hyang Widhi Wasa serta supaya mendapatkan perlindungan dan berkah dari-Nya sang pencipta alam semesta.

 

Sembahyang dan persembahan umat Hindu di depan palinggih atau sanggah | ilustrasi | foto : koleksi Sarah Yuana Mikewati
Sembahyang dan persembahan umat Hindu di depan palinggih atau sanggah | ilustrasi | foto : koleksi Sarah Yuana Mikewati

 Mengenal Sembahyang dan Upacara Tradisi Hindu       

       Kegiatan sembahyang dalam tradisi Hindu  selalu menggunakan sarana bunga. Selain bunga ada sarana lain yaitu api dan air. Aktivitas tradisi sembahyang umat Hindu setiap hari dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • Mesodan, ibadah yang dilakukan setiap pagi hari. Sesajen yang disiapkan adalah canang berisi bunga dan dupa, cangkir kecil berisi kopi dan jajanan dalam piring kecil yang kemudian diletakkan jadi satu dalam sodan (tempat sesajen). Sodan ini kemudian ditempatkan di palinggih atau sanggah (tempat Tuhan bersthana) yang dipercaya sebagai tempat istana Dewa. Dihaturkan sembari mengucap mantra persembahan dan ngayap (menggerakkan jari maju mundur). Sodan ini bisa dilungsur atau diambil kembali saat siang atau sore. Kegiatan mesodan dilakukan pagi hari sebelum beraktivitas dan dilakukan setiap hari.

Canang berisi bunga untuk sesajen dalam tradisi Hindu | ilustrasi | foto : wikipedia
Canang berisi bunga untuk sesajen dalam tradisi Hindu | ilustrasi | foto : wikipedia
  • Metanding canang (membuat canang), adalah aktivitas umat Hindu membuat atau mengatur sesajen untuk keperluan upacara. Dalam aktivitas sehari-hari ini canang dibuat dengan jejaitan ceper atau daun pisang, sebagai wadah, ditambah berbagai bunga di atasnya. Biasanya dilakukan lebih dari satu orang jika ada upacara besar karena membutuhkan sesajen yang kompleks. Dalam mempersiapkan upacara metanding canang dilakukan oleh kerabat atau sanak saudara dan biasanya dilakukan oleh kaum perempuan yang sejak dini harus dilatih agar mahir dalam metanding.

Kegiatan metanding canang oleh para perempuan Hindu Bali | ilustrasi | foto : baliartandculture.wordpress.com
Kegiatan metanding canang oleh para perempuan Hindu Bali | ilustrasi | foto : baliartandculture.wordpress.com
  • Mebanten dikenal dengan mebanten canang, merupakan ibadah yang wajib dilakukan sebelum persembahyangan. Sarana yang digunakan adalah canang, tirta, dupa, bunga ditambah permen dan biskuit. Biasanya aktivitas ini dilakukan di sore hari, kecuali saat hari suci tertentu.
  • Mesaiban juga dilakukan oleh masyarakat Hindu untuk membuat keperluan keagamaan dan banyak dikerjakan oleh kaum perempuan. Berupa potongan kecil daun pisang berisi nasi, lauk dan saur (serundeng kelapa) yang diletakkan di luar (diwang) rumah. Setiap selesai memasak sebelum makan, umat Hindu akan memotong kecil daun pisang dan ditempatkan di atas nampan lalu diberi nasi sukla (nasi yang belum dimakan sehabis memasak) secukupnya dan lauk sukla (belum dimakan), saur, kacang dan garam. Sesajen ini dihaturkan di setiap pelinggih dan pekarangan rumah sembari mengucap mantra persembahan dan ngayap. Aktivitas ini sebagai bentuk ucapan rasa syukur atas berkah dan anugerah pangan yang telah diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa kepada manusia.

Mesaiban berupa potongan daun pisang berisi nasi sukla dan saur (serundeng kelapa) | ilustrasi | foto : desaabiansemal.badungkab.go.id
Mesaiban berupa potongan daun pisang berisi nasi sukla dan saur (serundeng kelapa) | ilustrasi | foto : desaabiansemal.badungkab.go.id
  • Mejejaitan, merupakan aktivitas yang sering dilakukan oleh masyarakat Hindu membuat sarana upacara untuk keperluan keagamaan. Bahannya terdiri dari slepan (daun kelapa tua), busung (daun kelapa muda), ibung (sejenis daun mirip lontar) dan semat sebagai perekat yang dibuat dari bambu diiris kecil. Jenis jejaitan ini beragam, mulai jejaitan untuk sesajen upacara kecil (ceper, celemik, tamas dan lain sebagainya) hingga untuk sesajen upacara besar. Mejejaitan ini dilakukan oleh kaum perempuan.

       Pada masa kerajaan Hindu, bunga merupakan hal yang sangat penting sebagai simbol Sang Hyang Widhi Wasa dan sebagai sarana persembahyangan (sesajen) yang dipersembahkan kepada Tuhan serta sinar suci-Nya, para leluhur dan para rsi.

Makna Bunga Upacara Tradisi Hindu

Pattram puspam phalam puspam phalam toyam
Yome bhaktya prayaccati
Tad aham bhaktyu pakrtam, 
Asnami prayatat asnamah
(Bg . 9.26)

       Artinya adalah : “Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan kepada-Ku daun, bunga, buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, Aku terima.”

       Kutipan Kitab Suci umat Hindu, Bhagavadgita bab IX sloka 26 ini menyebutkan unsur-unsur pokok persembahan yang ditujukan pada Sang Hyang Widhi Wasa adalah bunga, selain daun, air dan buah-buahan. Bunga persembahan juga tidak boleh sembarangan, harus segar dan tidak rusak, sobek atau dimakan ulat.

Bunga sembahyang berwarna-warni tradisi Hindu yang selalu tersedia di pasar-pasar di Bali (Pasar Pemecutan, Bali) | dok. pribadi
Bunga sembahyang berwarna-warni tradisi Hindu yang selalu tersedia di pasar-pasar di Bali (Pasar Pemecutan, Bali) | dok. pribadi
        Bagi umat Hindu bunga digunakan untuk menunjukkan kesucian hati dalam memuja Sang Hyang Widhi Wasa serta sinar sucinya. Bunga berwarna – warni mempunyai makna tersendiri. Warna bunga yang digunakan sebagai sarana persembahan antara lain adalah :

Bunga Kantil atau Cempaka Putih atau Magnolia | Ilustrasi | Foto : shutterstock
Bunga Kantil atau Cempaka Putih atau Magnolia | Ilustrasi | Foto : shutterstock
  • Bunga berwarna putih, digunakan untuk memuja Sang Hyang Widhi Iswara yang mempunyai kekuatan seperti badjra dan memancarkan sinar berwarna putih. Bunga-bunga yang digunakan seperti : teratai putih, kamboja atau jepun petak atau putih, cempaka putih (kantil), sedap malam, pacar putih dan melati.
  • Bunga berwarna merah, digunakan untuk memuja Sang Hyang Widhi Brahma yang memiliki kekuatan seperti gada dan memancarkan sinar berwarna merah. Bunga-bunga yang digunakan seperti : teratai merah, mawar merah, soka, kenyeri, pacar merah, dan kembang kertas merah, kembang sepatu merah.

Kembang sepatu biru atau Hibiscus Blue | Ilustrasi | foto : istock
Kembang sepatu biru atau Hibiscus Blue | Ilustrasi | foto : istock
  • Bunga berwarna hitam biasanya diganti dengan warna biru atau hijau, digunakan untuk memuja Sang Hyang Widhi Wisnu yang memiliki senjata cakra yang memancarkan sinar berwarna hitam. Bunga-bunga yang digunakan seperti : teratai biru, kenanga atau teleng, kembang sepatu biru atau hibiscus.
  • Bunga berwarna kuning, untuk digunakan untuk memuja Sang Hyang Widhi Mahadewa yang memiliki kekuatan seperti nagapasa dan memancarkan sinar berwarna kuning. Bunga-bunga yang digunakan seperti : teratai kuning, cempaka kuning, allamanda, marigold atau gemitir atau kenikir, dan pacar kuning.

Bunga Gemitir atau Marigold | Ilustrasi | foto : rumah.com
Bunga Gemitir atau Marigold | Ilustrasi | foto : rumah.com

       Melalui gambaran di atas, sangat jelas bahwa bunga yang harus ada untuk ibadah umat Hindu sehari-hari dan untuk upacara-upacara tertentu itu telah ditanam pula oleh Mpu Bulul. Mpu Bulul diberi kepercayaan untuk meyediakan rangkaian bunga pada saat menerima tamu kerajaaan atau pada saat upacara-upacara kerajaan. Taman bunga sentuhan sang ahli Mpu Bulul, mempunyai peran sangat penting dalam kegiatan-kegiatan kerajaan Medang dan kerajaan Kanuruhan khususnya.

       Sebagai taman pertama pada masa kerajaan Medang, taman Bulul menjadi ikon yang mempunyai nilai eksotisme tinggi didukung dengan udara dingin dan sejuk khas daerah yang terletak di dataran tinggi. 

       Kepiawian pemuda Bulul di bidang pertamanan dan keahliannya sebagai tutor atau pengajar cara menanam dan merangkai bunga di desanya adalah nilai lebih bagi keberadaan taman ini di masa lalu. Taman Bulul mempunyai daya tarik istimewa meskipun kota Malang juga menyimpan banyak sejarah taman yang tersebar di berbagai daerah di Malang Raya, baik di kota Malang, kota Batu maupun di daerah kabupaten Malang. Selain  taman peninggalan kerajaan Kanuruhan (Kanjuruhan), tersebar taman-taman peninggalan kerajaan Tumapel dan Singhasari.

       Begitu kaya kebudayaan negeri kita dalam keragaman tradisi setiap agama. Semoga dengan memahami sejarah nusantara kita dapat selalu memelihara rasa toleransi beragama juga bangga akan kekayaan budaya dan tradisi setiap suku bangsa dan agama. 

Salam Rahayu. (Yy)

***

Sumber : Malang Cilin Digital Acces :
Eko-Sosio-Kultura Lokal Kota Malang dalam Perspektif Historis
"Eksotisme Taman Bunulrejo Era Kerajaan Medang dan Upaya Pelestariannya" - Yayuk_2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun