Setelah kita mengulas seorang relawan penjaga perlintasan kereta api tanpa palang dan siapa yang layak disebut pahlawan, mari kita mencermati beberapa kisah heroik dari para relawan penjaga perlintasan kereta api tanpa palang yang menyatakan bahwa mereka juga pahlawan, mereka benar berhati malaikat.
Siswandi, Banyuwangi
Siswandi adalah seorang tukang cukur dengan 'barber shop'nya yang bernama Barbershop Fajar. Barbershop miliknya terletak kurang lebih 10 meter dari satu perlintasan kereta api tanpa palang di lingkungan Sukorojo, Kelurahan Banjarsari, Banyuwangi.Â
Usaha barbershop Siswandi berdiri sejak tahun 2006 dan keberadaannya dekat perlintasan tanpa palang membuatnya selalu was-was terjadi kecelakaan. Dan kekhawatirannya terjadi ketika sebuah angkutan umum tertabrak kereta api yang lewat. Sejak peristiwa itu Siswandi dengan niat pribadi turut membantu mengatur para pengguna jalan yang melewati perlintasan tanpa palang tersebut untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Dengan menyisihkan hasil kerjanya sebagai tukan potong rambut, Siswandi membeli dua speaker sirine dan lampu rotary sekaligus biaya las pemasangannya yang jika ditotal ia telah mengeluarkan dana hingga 1,5 juta rupiah. Dan tak sepeserpun Siswandi mendapat ganti atau bayaran atas inisiatifnya dan kerelaannya menjaga perlintasan tanpa palang ini.
Siswandi mendapatkan jadwal kereta dari pelanggannya yang bekerja di stasiun kota, dan dia selalu siaga dengan menghidupkan sirine dan lampu rotary ketika kereta api hendak melintas. Ia meletakkan semua alat-alat tersebut di ruang barbershopnya, demikian juga jadwal kereta api yang ditempel di dindingnya.Â
Terdapat 18 kereta api yang melintas di perlintasan itu dan Siswandi yang seorang tukang cukur rela dan setia 'nyambi' sebagai relawan sejak barbershopnya buka pukul 07.00 WIB hingga tutup pukul 22.00 WIB. (detiknews.com - 19/02/2018)
Suratman (Pak Man), Kediri
Pak Suratman yang akrab dipanggil Pak Man adalah orang yang tak asing dengan dunia perkeretaapian. Selama 30 tahun lamanya ia menjadi pegawai kontrak PT. KAI Stasiun Kediri. Setelah kontraknya berakhir, ia mengabdikan diri sebagai relawan penjaga perlintasan tanpa pintu.
Pak Man menjaga perlintasan tanpa palang di perlintasan kereta api yang berjarak kurang lebih 10 meter dari jembatan Wijayakusuma, Desa Bangle, Ngadiluwih, Kediri. Ia tak dibayar atau digaji. Ia hanya seorang relawan, yang hanya menerima pemberian pengendara yang melewati perlintasan itu secara sukarela, tanpa ia minta.