Dari pernikahannya dengan ibuku, ayah hanya dikaruniai seorang anak, yaitu aku setelah sebelumnya ibuku dua kali mengalami keguguran. Ini yang membuat ayah begitu mengasihi aku.Â
Sekalipun berjiwa militer yang keras dan disiplin, tak pernah sedikitpun keluar kata-kata kasar kepadaku, apalagi sampai melakukan tindakan kekerasan.Â
Ayah sangat mahir memainkan alat musik biola, celo, gitar dan double bass. Ketika muda ayah adalah pemain biola dalam sebuah kelompok orkestra dan sering tampil dalam pesta rakyat yang digelar di lapangan Rampal.Â
Ayah juga seorang seniman teater pemeran Petruk, salah seorang dari tokoh Punakawan dalam kelompok teater yang diikutinya.Â
Ayah mengajari aku bermain gitar sejak aku duduk di kelas dua SD. Aku tetap gembira meskipun jemari kecilku mengeras atau 'ngapal' Â dan terasa pedih setelah menekan dawai-dawai string gitar akustik yang besarnya melebihi badanku itu.
 Aku terbiasa tidur larut sambil menemani ayah yang mengerjakan pekerjaannya di rumah. Aku tak pernah lelah menemani ayahku dengan segala kesibukannya.Â
Ayah sering membuat sesuatu dari bahan kayu, berkreasi dari bahan bekas, menggambar, mengklipping  dan membuat maket. Jika tidak ada pekerjaan ekstra, ayah lebih sering menemani aku menonton TV sambil bercerita.
Seorang Veteran
Jauh sebelum diresmikan Hari Veteran Nasional tahun 2014, ayah sudah aktif menjadi pengurus Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) di Kota Malang.
LVRI sendiri dibentuk pada tanggal 2 Januari 1956 yang pada hari yang sama Presiden Sukarno melantik Badan Pimpinan Pusat LVRI.