Sebagai contoh Gedung Balai Kota Malang yang dirancang sebagai pusat pemerintahan, dengan mengkombinasikan gaya Eropa klasik yang melanda saat itu (Art Deco) dengan perpaduan atap-atap tropis yang merupakan ciri khas prototype bangunan Indonesia (Antariksa Sudikno, 6).
Perhatian Karsten terhadap iklim tropik terlihat dalam sejumlah ciri khusus, seperti jendela yang tinggi dan kisi-kisi ventilasi yang menjulang dari lantai ke langit-langit.Â
Atap melebar dan melengkung tajam melindungi penghuni dari panas matahari dan musim hujan. Lorong bagian depan dan samping pada lantai dasar dan lantai pertama juga membantu mencegah panas (Indonesian Heritage, 122).
Pembangunan kota Malang sesudah ditunjuk sebagai Kotamadya (Gemeente) pada tahun 1914, adalah adanya pembangunan daerah perumahan berdasarkan kelompok etnis dan daerah permukiman bangsa Eropa (kurang lebih 2.500 jiwa) di sebelah barat daya alun-alun; Kayutangan Oro-oro Dowo, Celaket, Klojen Lor, dan Rampal.
Kawasan Celaket merupakan kawasan vital dan strategis jauh sebelum status kota Malang sebagai Kotamadya menjadikan Komplek Cor Jesu yang pada saat itu terkenal dengan bangunan Zusterschool merupakan sebuah ikon atau pusat pendidikan di kota Malang.
Kekokohan gedung yang berdiri di kawasan Celaket ini menggambarkan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting dan sangat diperhitungkan oleh pemerintah Belanda.Â
Tiga orang biarawati Ursulin yang mempunyai peran penting dalam mendirikan gedung ini adalah Suster Xavier Smets, Suster Aldegonde Flecken dan Suster Martha Biering yang datang ke Malang dari Surabaya pada 6 Februari 1900.Â
Pada saat gedung ini dibangun mereka tinggal di sebuah biara di jalan Celaket dan memulai karya dengan membuka sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) pada 1 Maret 1900.
Pada tahun yang sama, tepatnya 1 Mei 1900 didirikan Sekolah Dasar (SD) dan asrama putri. Pembangunan terus berlanjut dan dimulai kembali pada bulan Juni 1900 dengan menggunakan 200 orang pekerja. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 21 Juli 1903 berdiri Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Santo Agustinus.