"I will honour Christmas in my heart, and try to keep it all the year. I will live in the Past, the Present, and the Future. The Spirits of all Three shall strive within me. I will not shut out the lessons that they teach." (Charles Dickens)
Natal adalah momen istimewa yang paling dinanti oleh umat Kristiani seluruh dunia. Peristiwa yang bersamaan dengan akhir tahun ini selalu menjadikannya sebagai peristiwa yang spesial.
Sukacita peringatan Kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat dunia ini dirayakan serentak seluruh dunia dengan berbagai cara masing-masing. Event-event khusus pun diselenggarakan untuk memeriahkan Natal ini.
Sejak sedikit berbafas lega pasca pandemi Covid-19, perayaan Natal diselenggarakan kembali dengan meriah. Sebagai contoh, kegiatan di gereja kami Gereja Katolik Ratu Rosari Fatima Malang, gereja tampak begitu megah dan meriah oleh dekorasi yang beraneka ragam. Istimewanya adalah, dekorasi ini dibuat oleh 13 wilayah dalam Paroki dan dilombakan.
Mulai dari gerbang masuk, halaman, selasar, koridor, gedung serbaguna dan di tiap-tiap sudut berhias meriah nuansa Natal yang kudus. Tampak antusias dan sukacita umat terpancar dari hiasan-hiasan nan cantik di berbagai penjuru gereja.
Lain tradisi natal di gereja, lain pula dengan tradisi keluarga kami. Sejak tahun 2012 tiap tahun keluarga kami melakukan "Christmas Carol" ke rumah warga kristiani di lingkungan kami.
Tradisi "Christmas Carol" Ala Keluarga Kami
"Christmas Carol" yang kami ulas di sini agak berbeda dengan tradisi yang sudah ada sebelumnya dan yang telah populer. Tradisi "Christmas Carol" ala keluarga kami ini berawal pada tahun 2012.
Kami berkeliling ke warga kristiani di lingkungan kami sebagaimana biasanya, bedanya waktu itu kami datang sambil membawakan lagu Natal di tiap-tiap keluarga.
Kami sekeluarga bersama beberapa frater (calon pastor) berkunjung dengan berbekal gitar dan bernyanyi dari rumah ke rumah.
Setelah berkunjung ke rumah pertama, yang empunya rumah ikut dalam perjalanan "Christmas Carol" ke rumah warga selanjutnya, demikian seterusnya hingga selesai dan diakhiri makan bersama di rumah kami.
Tradisi ini tetap keluarga kami lakukan hingga tahun ini setelah dua kali Natal di masa pandemi kegiatan ini tidak dapat terlaksana karena social distancing dan himbauan untuk tetap "di rumah saja." Bukan tidak ada maksud, tradisi ini kami rasakan sangat penting dan pasti istimewa.
Banyak hal positif yang dapat kami petik dalam kegiatan "Christmas Carol" sederhana ini :
1. Berbagi Sukacita Natal
Natal identik dengan sukacita dan kegembiraan menyambut dan memperingati sebuah peristiwa kelahiran Sang Penyelamat yakni Isa Al-Masih - Yesus Kristus.
Selain menyisihkan derma Aksi Sosial Natal, mengunjungi Panti Asuhan dan Panti Jompo; bersilaturahmi ke rumah warga kristiani di lingkungan kita juga adalah ungkapan berbagi kegembiraan di hari Natal.
Dengan "Christmas Carol" kita membagikan kegembiraan atau sukacita itu pada siapa saja melalui lagu Natal yang kita nyanyikan. Ada keharuan terbersit dan melekat erat dalam sanubari, khususnya bagi yang kita kunjungi.
Tak hanya datang berkunjung dan bersalaman atau makan hidangan saja, dalam kunjungan ini kami bernyanyi bersama, saling bertukar cerita dan diakhiri dengan doa bersama. Secara khusus kami mengunjungi sahabat-sahabat yang papa, orang-orang dan lansia yang sakit dan menderita.
Ada pengalaman indah ketika kami berkunjung pada seorang ibu yang sudah lama menderita sakit. Dengan duduk di kursi roda beliau menyambut kami yang datang sambil menyanyikan lagu "Selamat Natal Mama Papa" yang dipopulerkan oleh Victor Hutabarat dalam lirik syair lagu berikut ini:
Teringat saat natal bersama
di kampung halamanku
terkenang wajah mama papa yang aku kasihi
Bertahun sudah kita tak jumpa
hati ini sangat rindu
Tuhan Sertailah mereka
Kini satu lagi tahun berganti
di hari hidup kita ini
adakah kita kan bertemu
adakah Tuhan
Selangkah saja maut menghampiri
pada hidup kita ini
Tuhan Sertailah mereka
Bila ku ingat kembali
kasih sayangmu yang tlah membesarkan daku
Ingin rasanya ku kembali
Pada manisnya masa kecilku dulu
Oo ooo
Mama, Selamat Natal Mama
Papa, Selamat Natal papa
Mama, Selamat Tahun baru
Papa, Selamat Tahun baru
Tangis pun pecah tak terelakkan. "Saya tidak pernah sebahagia ini saat merayakan Natal sejak menderita sakit. Tak bisa apa-apa, selalu sendiri dan bergantung pada orang lain," ungkap ibu itu di tengah isaknya.
2. Mempererat Tali Silaturahmi
Hubungan antar personal atau antar keluarga yang seiman perlu dipererat dengan saling bersilaturahmi.
Natal adalah momen yang sangat tepat untuk mewujudkannya. Dengan berkunjung disertai suguhan menyanyi, momen ini semakin lengkap dan sulit dilupakan.
Kebekuan yang mungkin pernah terjadi sebelumnya dipastikan akan mencair dan akan terjalin hubungan yang lebih baik lagi.
Nyanyian Natal merupakan sarana untuk menyatukan jiwa-jiwa yang larut dalam kegembiraan. Entah hanya dalam hati, berbisik, bersenandung atau turut bernyanyi, lagu-lagu Natal akan menggiring setiap kalbu pada persatuan dan pengampunan.
3. Menjalin Kerukunan dan Kebersamaan
Dalam sebuah komunitas bersama di satu lingkungan yang terdiri dari beberapa kepala keluarga, saling berkunjung merupakan sarana yang penting dan sangat berpengaruh dalam kelanggengan sebuah relasi berlingkungan.
Dalam lingkungan, tak hanya sekedar menjadi anggota lingkungan yang segala hak-haknya dapat terpenuhi. Sama dengan sebuah organisasi kemasyarakatan di lingkup RW, lingkungan merupakan komunitas basis di atas keluarga, di mana segala urusan administrasi kelahiran, sakramental, pernikahan dan kematian menjadi hal yang sangat urgent.
Kewajiban dalam berlingkungan, menjalin kerukunan dan kebersamaan perlu dijaga dan dipertahankan. Satu hal istimewa dari “Christmas Carol” ini adalah sebuah upaya untuk menjaga harmoni itu.
Bertemu, bersapa, berkisah, bernyanyi, berdoa bahkan menangis dapat kita luapkan bersama. Menjaga untuk tetap sehati, sejiwa dan sepenanggungan.
Kunjungan pertama yang secara tak disengaja membuat keluarga yang dikunjungi untuk ikut dalam perjalanan kunjungan selanjutnya ke kediaman keluarga-keluarga lainnya, tanpa memandang siapa yang dikunjungi.
4. Menjadi Tradisi
Tradisi “Christmas Carol” ala keluarga kami ini menjadi sebuah hal yang baik untuk terus dilanjutkan hingga anak cucu di tahun-tahun berikutnya. Harapannya dengan berbagi sukacita, mempererat tali silaturahmi dan menjalin kerukunan dan kebersamaan ini kelak akan menjadi tradisi bukan hanya dalam keluarga kami melainkan bagi keluarga-keluarga lain yang mengalaminya.
Tua, muda, anak-anak yang ikut bergabung dan terlibat dalam kegiatan ini akan merekam semuanya dalam ingatan, menjadikannya sebuah kaleidoskop hidup yang tak kan tergantikan oleh hadiah dan jackpot apapun.
Sejarah Christmas Carol
Christmas carol adalah tradisi menyanyikan lagu-lagu Natal dan dilakukan dengan berkeliling dari rumah ke rumah atau berkumpul di jalan sambil memegang lilin saat hari Natal atau selama liburan Natal.
Mengutip salah satu definisi yang pas dengan yang kami lakukan yaitu dari Encyclopedia Britanica, bahwa Christmas Carol adalah lagu-lagu pujian seperti yang dinyanyikan pada waktu Natal.
Awal dari Christmas Carol ini adalah dari abad ke-4, di mana lagu Kristen mulai diubah ketika musim dingin akan tiba. Lagu ini diubah untuk menyambut Natal yang dilakukan pertama kali di abad ke-4 di Roma. Lagu-lagu yang dibawakan mayoritas berbahasa Latin.
Dalam perkembangannya Christmas Carol mengalami berbagai pembaruan seiring oleh perkembangan zaman.
Sekitar abad ke-9 hingga ke-10, beberapa biarawati mempunyai ide untuk memvisualisasi puisi-puisi Natal diiringi melodi yang lembut dan syahdu.
Abad ke-12, Christmas Carol mulai dinyanyikan dengan iringan beberapa alat musik.
Christmas Carol berkembang sangat pesat pada abad ke-13 dengan aliran lagu-lagu Christmas Carol. Pada abad ini masing-masing daerah mempunyai lagu khas Natal dalam bahasa daerah masing-masing.
Christmas Carol yang kita kenal saat ini baru dikenal di abad 13 oleh prakarsa Santo Fransiskus Asisi (1223). Pada zaman itu Christmas Carol untuk pertama kalinya disertai pertunjukan tunil tentang kelahiran Yesus “Nativity Plays” di Italia.
Sejak itu tunil Natal dan lagu-lagu Natal mulai dikenal di banyak tempat di dunia, seperti yang telah dibawa dan disebarkan oleh para Fransiskan.
Pada tahun 1426, Kidung Natal berbahasa Inggris karya John Audelay (John Awdlay), pendeta di Shropshire muncul pertama kali . Pdt. John membuat daftar 25 "Caroles of Cristemas" atau Kidung Natal zaman Inggris kuno yang kemudian dikidungkan oleh "wassailing" atau kelompok-kelompok penyanyi dengan pergi dari rumah ke rumah.
Pada saat itu Christmas Carol tidak hanya untuk merayakan Natal melainkan juga merayakan panen raya daerah tersebut.
Dari waktu ke waktu Christmas Carol berkembang dan mulai dinyanyikan di gereja ketika hari Natal serta bertemakan kelahiran Yesus Kristus. Setelah adanya reformasi Kristen, lagu-lagu Christmas Carol pun pada akhirnyasemakin banyak diciptakan. [gereja.santoambrosius.org/2019]
Makna Christmas Carol
Hingga kini kita telah mengenal lagu-lagu Natal yang dinyanyikan, dalam berbagai bahasa sesuai dengan tempatnya. Para penyanyi berjalan berkeliling dari rumah ke rumah, atau di jalan-jalan, kadang sambil membawa lilin.
Christmas Carol dimaksudkan untuk mewartakan kisah kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dunia, yang tidak asal-asalan hanya menyanyikan lagu-lagu Natal, namun disertai dengan pembacaan kisah Natal; baik dalam lagu, puisi atau drama Natal.
Di Indonesia, sebagai umat beriman kita berada di tengah keberagaman, makna Christmas Carol sesunggunya adalah menjadi alat untuk pemersatu antar umat dengan beragam latar belakang.
Perasaan kebersamaan tanpa memandang bulu, suku, ras, status atau jabatan dalam Christmas Carol ini dipastikan menghadirkan suasana damai dan persatuan dalam hidup bermasyarakat. Natal di manapun juga senantiasa memberikan khabar sukacita dan damai yang berhak dinikmati banyak orang tanpa terkecuali.
Kaum papa dan marjinal, pejabat, pengusaha atau siapa saja akan turut merasakan kedamaian dan suasana sukacita dalam momen yang disebut Natal. Mendengar lagu-lagunya yang syahdu sembari menikmati lampu-lampu kelap-kelip berwarna-warni di pohon Natal, di gereja-gereja dan di pusat-pusat perbelanjaan akan membawa suasana tersendiri dalam kalbu setiap insan.
Sama seperti tradisi Christmas Carol ala kami setiap Natal, kami mengadaptasi dari tradisi yang sudah ada dan mengimplimentasikan sesuai dengan kondisi kami saat ini. Dalam bingkai tujuan yang sama yakni sebagai sarana pemersatu kebhinekaan dan kemajemukan.
Christmas Carol dalam Refleksi
Melalui Christmas Carol ada banyak hal yang kita pelajari, bukan hanya untuk kalangan tertentu atau umat Kristiani semata, namun berbagi sukacita tak pernah memandang siapa yang kita beri dan apa yang kita bagi. Lebih dari semua itu Christmas Carol adalah sarana pemersatu dalam berbagai kondisi bagi semua saja yang meyakininya.
Christmas Carol salah satu penyaluran energi positif yang membahagiakan dan memberi dorongan semangat untuk terus berbenah diri dari waktu ke waktu.
Sukacita adalah hak setiap orang, dan bagi saya pribadi Natal ada di setiap peri kehidupan saya sehari-hari; di mana saya dapat melihat terang Kristus dalam pribadi siapa saja yang saya temui sebagai manifestasi kehadiran Allah sendiri dalam kehidupan saya.
Selamat merayakan Natal 2022,
Selamat menyongsong sukacita Tahun Baru 2023.
Salam Damai!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H