Pada tahun 1426, Kidung Natal berbahasa Inggris karya John Audelay (John Awdlay), pendeta di Shropshire muncul pertama kali  . Pdt. John membuat daftar 25 "Caroles of Cristemas" atau Kidung Natal zaman Inggris kuno yang kemudian dikidungkan oleh "wassailing" atau kelompok-kelompok penyanyi dengan pergi dari rumah ke rumah.
Pada saat itu Christmas Carol tidak hanya untuk merayakan Natal melainkan juga merayakan panen raya daerah tersebut.
Dari waktu ke waktu Christmas Carol berkembang dan mulai dinyanyikan di gereja ketika hari Natal serta bertemakan kelahiran Yesus Kristus. Setelah adanya reformasi Kristen, lagu-lagu Christmas Carol pun pada akhirnyasemakin banyak diciptakan. [gereja.santoambrosius.org/2019]
Makna Christmas Carol
Hingga kini kita telah mengenal lagu-lagu Natal yang dinyanyikan, dalam berbagai bahasa sesuai dengan tempatnya. Para penyanyi berjalan berkeliling dari rumah ke rumah, atau di jalan-jalan, kadang sambil membawa lilin.Â
Christmas Carol dimaksudkan untuk mewartakan kisah kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dunia, yang tidak asal-asalan hanya menyanyikan lagu-lagu Natal, namun disertai dengan pembacaan kisah Natal; baik dalam lagu, puisi atau drama Natal.Â
Di Indonesia, sebagai umat beriman kita berada di tengah keberagaman, makna Christmas Carol sesunggunya adalah menjadi alat untuk pemersatu antar umat dengan beragam latar belakang.Â
Perasaan kebersamaan tanpa memandang bulu, suku, ras, status atau jabatan dalam Christmas Carol ini dipastikan menghadirkan suasana damai dan persatuan dalam hidup bermasyarakat. Natal di manapun  juga senantiasa memberikan khabar sukacita dan damai yang berhak dinikmati banyak orang tanpa terkecuali.
Kaum papa dan marjinal, pejabat, pengusaha atau siapa saja akan turut merasakan kedamaian dan suasana sukacita dalam momen yang disebut Natal. Mendengar lagu-lagunya yang syahdu sembari menikmati lampu-lampu kelap-kelip berwarna-warni di pohon Natal, di gereja-gereja dan di pusat-pusat perbelanjaan akan membawa suasana tersendiri dalam kalbu setiap insan.