Dua belas purnama berlalu,
kita berjuang tanpa bertemu
Hanya sesekali wajah pucatmu,
memaksa tawa saat berbicang denganku
Melalui gawai engkau memanggil,
bergetar-getar dan menyala biru
tiga kali dalam sehari,
seperti resep dokter paruku
Aku duduk di selasar bandara,
memasang headset di kedua cupingku
lagu-lagu rindu beradu,
memaksa hatiku siap menyambutmu
Dua belas purnama ini,
kaumengulang-ulang janji menjemputku
Membawaku tuk menemani,
hatimu yang tertambat di Kanagawa
Pesawat mendarat,
mataku liar mencari senyummu
Kusibak kerumunan cepat-cepat,
jiwaku haus memeluk ragamu
Mentari pun pulang,
kita masih di lobby bandara
Kisah lama pun berulang,
rindu membuncah penuh bara
Dua belas purnama berlalu,
wajahmu pucat bersemu merah jambu
Tunggu jangan pergi dulu,
nanti aku akan menulismu
Sebelum senja menjadi kelam,
biarkan aku bersandar di bahumu
Sebelum riuh ditelan gelap malam,
biarkan aku membacamu...
dan biarkan aku pun mulai menulismu
Catatan medio November 2022 (Yy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H