Dua tahun berguru pada Blazevic menjadikan Dalic sosok pelatih yang berbeda dan kaya wawasan. Di tahun pertamanya melatih, dia membawa klubnya nangkring di posisi tiga klasemen Liga Kroasia dan menjadi runner-up Piala Kroasia. Awal karir yang mentereng sebagai seorang pelatih tentunya.
Sepanjang tahun 2007 hingga 2010, Dalic berganti klub sebanyak tiga kali, dimulai dari Rijeka (2017, Kroasia, peringkat 4 liga), Dinamo Tirana (2018, Albania, juara Piala Super Albania), dan Slaven Belupo (2018, Kroasia).
Merambah Asia
Selepas melatih Slaven Belupo, Dalic menyeberang ke benua Asia, menjadi pelatih klub divisi satu Arab Saudi, Al-Faisaly. Di akhir kompetisi, pelatih penganut formasi 4-2-3-1 ini, berhasil membawa klubnya promosi ke Liga Super Arab Saudi untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.
Atas prestasinya ini, media setempat menganugerahinya dengan gelar Pelatih Terbaik Arab Saudi 2011, mengalahkan nama-nama mentereng seperti Gabriel Calderon, Eric Gerets, dan Walter Zenga.
Tahun 2012, Klub kaya Arab Saudi, Al-Hilal, mengontraknya sebagai pelatih tim B Al-Hilal. Tahun berikutnya, Dalic menggantikan posisi pelatih kepala Al-Hilal, Antoine Kombouare, yang dipecat klub.
Di tahun pertamanya menjabat, pria yang dikenal sebagai sosok religius ini berhasil mengantarkan Al-Hilal menjadi juara Piala Putra Mahkota Arab Saudi dan menjadi runner-up Liga Super Arab Saudi.
Prestasi yang membuatnya nangkring di posisi ke-13 dalam daftar pelatih terbaik dunia tahun 2013. Tawaran melatih klub raksasa Kroasia, Hajduk Split, ditolaknya pada tahun yang sama.
Tahun 2014, Dalic ditunjuk menjadi pelatih kepala klub kaya asal Uni Emirat Arab (UEA), Al-Ain, menggantikan pelatih bernama besar, Quique Flores, yang dipecat klub. Di tahun pertamanya, Dalic berhasil mempersembahkan Piala Presiden UEA, diikuti dengan gelar sebagai juara Liga Teluk Arab (2015) dan Piala Super Teluk Arab (2015). Gelar pelatih terbaik tahun 2014 dan 2015 menyempurnakan prestasinya di Al-Ain.
"Selama hidup dan karir saya, saya menempuh jalan yang sulit. Saya tidak ingin menjadi pelatih yang biasa-biasa saja di Kroasia. Saya harus memulai dari klub terendah," ujar Dalic pada sebuah wawancara.
"Dalam waktu setahun di Asia, saya berhasil menjadi yang terbaik. Saya melatih selama tiga tahun di Al-Ain (Uni Emirat Arab) yang seperti Real Madrid-nya Asia. Itu adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya. Saya melatih dua klub terbesar di Asia, jadi ketika panggilan Kroasia tiba, saya tidak ragu," lanjutnya.
Pulang Kampung ke Kroasia
Prestasi luar biasanya di Asia sampai juga di telinga petinggi PSSI-nya Kroasia, yang saat itu sedang mengalami kekhawatiran dengan situasi Kroasia yang terancam tidak akan lolos ke Rusia 2018.