Mohon tunggu...
Yuzelma Zelma
Yuzelma Zelma Mohon Tunggu... Guru - Guru yang hobi menulis

Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setitik Cahaya Telah Membuat Mereka Keluar dari Hutan Belantara

1 Agustus 2022   11:43 Diperbarui: 1 Agustus 2022   11:48 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  1. Menjadikan Masalah Sebagai Potensi

Mencari siapa yang salah saat dihadapkan pada berbagai masalah tidaklah tepat. Saat kita mencari siapa yang salah,maka  permasalahan akan semakin bertambah dan solusi semakin sulit ditemukan. Inilah salah  satu mind set yang saya tanamkan beberapa tahun belakangan ini dalam menjalankan peran saya sebagai guru produktif kimia industri di SMK Negeri 2 Pekanbaru. 

Setiap menemukan permasalahan dalam proses pembelajaran baik yang terjadi pada peserta didik, diri saya sendiri, sarana dan prasarana, perubahan kurikulum dan regulasi,  saya selalu mencoba memutarkan pola pikir saya dan berkata "Ini bukanlah masalah, akan tetapi potensi untuk dituntaskan."

Potensi yang saya temukan diawal semester genap tahun ajaran 2021/2022 adalah sebagian besar peserta didik menyatakan tidak minat belajar di kelas X Analisis Pengujian Labor  (APL) dan X kimia industri. Mereka lulus di kompetensi keahlian yang tidak mereka minati. 

Pilihan pertama tidak lulus,akhirnya dengan terpaksa melanjutkan studi pada pilihan ke-2 karena keinginan orang tua, agar anaknya bersekolah di negeri. 

Masalah yang bisa dimaklumi untuk kondisi perekonomian saat ini. Selain tidak minat dengan kompetensi yang sudah dipilih,mereka belum mengenal dan  memahami lebih banyak profil lulusan, peluang kerja khusus di daerah mereka. Meskipun diawal semester sudah dilaksanakan pengenalan profil lulusan secara Daring.

Bayangkan satu semester sudah berlalu, betapa menderitanya mereka dalam dilema ketidaksukaan. Apalagi semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 di daerah saya saat itu  adanya kebijakan  Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang terus saja diperpanjang sampai beberapa kali episode. 

Sehingga kegiatan pembelajaran kembali dialihkan menjadi Pembelajaran Jarak jauh (PJJ). Itu artinya, sejak peserta didik ini mulai diterima di sekolah, mereka belum pernah melaksanakan tatap muka di kelas.

Kebijakan pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas yang beredar pertengahan Desember tahun 2021, menjadi angin segar khususnya bagi saya pribadi. Optimis akan bertemu kembali dengan generasi  penerus bangsa ini.  

Tentu pertemuan awal semester saya jadikan sebagai momen untuk melakukan dialog dengan siswa dan melakukan asesmen non kognitif.  Selain membuat kesepakatan bersama, saya juga menggali banyak hal dari mereka.

  1. Ibarat Tersesat di Hutan Belantara

Saya tidak kaget saat mereka mengutarakan isi hatinya kepada saya tentang kompetensi keahlian yang mereka pilih. Saya menyadari kompetensi APL dan kimia industri menjadi momok sejauh yang saya tahu bagi peserta didik. Mendengar kata 'kimia' seolah-olah dunia akan kiamat. Begitulah kondisi nyata yang terjadi setelah 18 tahun menjadi guru. 

Namun saya juga sudah membuktikan kepada lulusan/alumni sebelumnya kalau 'kimia' yang mereka takuti  sebenarnya sangat dekat dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Makanya penyajian materi kimia industri dan APL saya sajikan secara kontekstual dan berbagai model pembelajaran yang membuat mereka senang belajar. Terlepas dari segala kekurangan, saya berusaha setiap waktu untuk memperbaiki dan membenahi pendekatan,strategi,metode,dan model pembelajaran. 

Tidak kenal makanya tidak sayang. Tidak tahu manfaat makanya tidak berminat. Tidak jelas tujuan yang ingin dicapai makanya motivasi sangat rendah. Kondisi yang terjadi pada mereka saat ini saya ibaratkan mereka tersesat di hutan belantara. Tidak ada petunjuk apapun yang dapat membuat mereka bisa keluar dari hutan belantara tersebut. 

Mereka tidak akan menemukan secercah cahaya yang akan menggiring mereka keluar hutan. Mereka tidak menemukan aliran  sungai yang akan menghantarkan mereka ke pemukiman. 

Mereka tidak paham bahwa kemana arah gerombolan burung terbang di situ ada kehidupan. Mereka sama sekali tidak paham akan kode alam yang akan memberi jalan ke luar dari kegelapan.

Jangan salahkan mereka saat diajak berdiskusi, ide tidak berkembang,mulut mereka terkatup,dan tatapan mata mereka menerawang entah kemana. Apapun yang guru sampaikan mentah kembali begitu saja. Karena dorongan internalnya untuk mengetahui lebih banyak boleh dikatakan hampir tidak ada. 

  1. Takdir Manusia Tuhan yang Tentukan

Moment awal semester genap tahun ajaran 2021/2022 adalah momen yang pas untuk menuntaskan masalah menjadi sebuah potensi. Masalah ini dapat memunculkan ide bagi saya sebagai guru untuk memperbaharui pendekatan,metode,strategi,dan model pembelajaran di kelas maupun  di laboratorium kimia. 

Kebetulan Kompetensi Dasar (KD) pertama di awal semester genap pada mata pelajaran analisis kimia dasar yang saya ajarkan adalah menganalisis Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan kimia.

Pada semester sebelum pandemi berlangsung, saya menerapkan pembelajaran langsung di laboratorium kimia. Siswa saya arahkan untuk melakukan observasi bahan-bahan kimia yang tersedia di laboratorium. 

Setelah itu siswa mengidentifikasi dan mengumpulkan data bahan kimia yang sering digunakan di laboratorium kimia. Mereka secara berkelompok diarahkan untuk membaca dan memahami 16 bagian yang terdapat dalam MSDS masing-masing bahan kimia. 

Secara berkelompok mereka akan mempresentasikan point-point penting dan wajib mereka ingat agar saat menggunakan bahan kimia nantinya, mereka berada dalam kondisi tetap sehat dan selamat, terhindari dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).

Sejak pandemi  berlangsung selama 1,5 tahun, saya berupaya menyajikan pembelajaran jarak jauh dengan berbagai inovasi pembelajaran Daring. Mulai dari membuat video pembelajaran, tugas proyek, pertemuan di google meet, namun itu semua hanya dapat mewakili domain pengetahuan. 

Metode ini dalam kondisi yang terjadi di atas tidak mungkin saya lakukan. Melihat dan menelisik lebih dalam akan masalah yang mereka hadapi, membuat saya membanting stir untuk melakukan perubahan. 

Tentu saja tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, minat, kepentingan dalam hidup mereka, dan kecintaan mereka akan pelajaran ini. Sehingga mereka mendapatkan tujuan jelas kenapa mereka belajar MSDS.

Menyajikan materi MSDS bahan kimia kepada mereka yang tidak tahu manfaatnya, tujuan belajarnya,tentu ini akan membuat psikologis mereka akan bertambah berat. 

Saya tidak mau peserta didik mengalami trauma berkepenjangan sementara mereka tidak ada pilihan untuk pindah ke jurusan yang mereka inginkan. Menyadarkan mereka akan takdir Tuhan kepada manusia adalah indah. Menyadarkan kalau hadirnya mereka di kelas tersebut atas kehendak Tuhan. 

Saat mereka tidak ada pilihan, maka mereka harus fokus dan berusaha optimal dengan kondisi saat ini. Siapa yang tahu takdir seseorang akan menjalani profesi apa? Karena kita tidak tahu kelak kita akan jadi apa, maka kembangkan potensi yang ada. Hasil kita serahkan kepada Allah semata.

  1. Mari Kita Mulai dari Rumah

"Hai...apa khabar anak-anak hebat?" sapaku pagi itu kepada siswa kelas X APL. Mereka menjawab sapaanku dengan semangat luar biasa dan mata yang berbinar. Berbeda jauh dengan kondisi pada pertemuan sebelumnya. Dimana pertemuan pertama,saya sudah berusaha membukakan mind set mereka akan takdir. 

Kemudian diakhir pertemuan saat itu, saya menyuruh mereka mendata produk-produk pembersih,pembasmi hama,dan produk-produk lain yang mereka gunakan sehari-hari di rumah mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Selain itu, masing-masing mereka pada pertemuan hari ini membawa beberapa contoh produk ke sekolah.

Saya tidak langsung membawa mereka ke laboratorium kimia dan memperkenalkan bahan-bahan kimia di labor. Namun mengarahkan mereka untuk meletakan berbagai produk harian yang mereka bawa di meja masing-masing. 

Dari produk yang mereka bawa,mereka mengamati mana produk-produk yang dianggap berbahaya, beresiko rendah, sedang,dan  tinggi saat menggunakan. Baik resiko pada orang yang menggunakan maupun buat lingkungan. 

Setelah itu produk yang dianggap berbahaya dan beresiko mereka sisihkan di meja masing-masing. Kemudian saya mengorganisir mereka untuk belajar kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 orang. Sebelumnya saya sudah menyiapkan puluhan Materail Safety Data Sheet (MSDS) di dalam map.

Masing-masing peserta didik secara berkelompok membawa produk yang sudah mereka kelompokan berdasarkan tingkat resikonya ke kelompok masing-masing. Sehingga dalam satu kelompok akan beragam produk. Terdiri dari pembersih lantai, pembersih keramik, pembasmi nyamuk, sabun, detergen, odol, kapir ajaib, parfum,kosmetik,dan lain-lain. Kemudian merekaa mendsikusikan pentingnya produk tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari di rumah.

Masuk pada diskusi inti, peserta didik secara berkelompok mulai mengidentifikasi komposisi dan bahan baku produk tersebut di lembar kerja. Dari data komposisi, saya menganjurkan agar mereka  setiap kelompok mengambil dua nama bahan kimia saja. 

Rata-rata bahan kimia yang tertulis di kemasan produk adalah nama dagang. Saya langsung mengarahkan peserta didik untuk mencari nama kimianya secara International Union of Pure and Aplied Cemistry (IUPAC). 

Sampai sesi ini, saya melakukan refleksi diri untuk mereka. Pertanyaan refleksi mengarah kepada pentingnya bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari, menghilangkan rasa takut dengan bahan kimia, tidak perlu menghindari dari yang namanya kimia,karena kimia adalah hidup kita. Ada tata cara menanggulanginya,ada prosedur yang harus kita patuhi, meskipun itu produk-produk yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Saat refleksi di pertengahan sesi, pengamatan saya menyimpulkan, kalau mereka sudah menunjukan antusias untuk belajar,minat dan rasa penasaran mereka akan produk yang mereka gunakan sehari-hari sudah mulai muncul.Sehingga 1 jam pembelajaran sudah berlalu. Masih ada 3 jam pembelajaran lagi yang tersisa untuk menggugah rasa mereka menggali lebih dalam tentang MSDS bahan kimia.

"Anak-anak ibu yang luar biasa hebatnya, saat ini,per kelompok kalian sudah menagntongi dua nama bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku dan bahan tambahan dalam produk yang kalian gunakan sehari-hari." Oleh sebab itu, saatnya sekarang kalian akan berkenalan lebih banyak dengan bahan kimia tersebut melalui MSDS bahan kimia." Saya memperagakan langsung kepada mereka satu contoh MSDS. "Adakah anak-anak ibu yang mau bertanya atau menyampaikan pendapat tentang ini?" Saya bertanya kepada mereka sebelum memulai sesi berikutnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun