Baru-baru ini viral sebuah film pendek yang berdurasi 35 menit. Adapun latar film tersebut di sebuah truk barang dan di sebuah desa.
Film ini mengingatkan Upik kecil sekitar tahun 80 an. Dimana saat itu transportasi umum di daerah kelahirannya langka. Sedangkan Upik kecil dan teman-teman sering di utus ke kecamatan untuk mengikuti berbagai kegiatan dan lomba, seperti cerdas cermat, Musabaqah Tilawatil Quraan, gerak jalan,dan berbagai lomba lainnya. Sering juga diutus untuk menari saat ada acara di kecamatan. Saat itu sekolah tidak punya sarana transportasi sama sekali.
Bahkan ujian EBTANAS dulunya juga tidak dilaksanakan di sekolah,namun menumpang di SD lain. 6 KM pergi dan pulang adalah jarak yang lumayan jauh untuk di tempuh oleh Upik kecil dan teman sebaya. Demi dapat mengikuti ujian akhir di SD.
Kalau dalam film pendek tersebut,ibu-ibu menumpang di truk barang sambil berrgosib, Upik kecil juga menjadikan truk barang tersebut sebagai alat transportasi untuk mengikuti berbagai kegiatan di kecamatan, namun selama perjalanan, Dmdi dalam truk tidak menggosib. Akan tetapi bercengkerama dengan teman-teman tanpa ada rasa cemas maupun khawatir sedikitpun.
Betapa polosnya Upik kecil dan kawan -kawan saat itu. Bepergian sering tanpa ditemani oleh guru. Karena memang trayek transportasi saat itu kalau tidak hari pasar (Senin dan Jumat) tidak akan ada angkutan umum.
Salah satu solusi adalah menumpang dengan truk barang. Kaki-kaki kecil tersebut dengan susah payah naik ke atas truk. Sesampai di truk tidak bisa memandang keluar karena ketinggian. Namun wajah-wajah polos itu tidak pernah menaruh curiga,akan dibawa lari atau akan diculik.
Saat akan diturunkan di tempat yang sudah disebutkan sebelum naik truk, kaki-kaki kecil tersebut bergegas untuk turun,dan terkadang dengan cara meloncat.
Pernah satu kali, Upik kecil dan kawan-kawan sudah didandani oleh guru kesenian waktu itu. Mereka sudah mengenakan pakaian adat untuk mengisi acara memperingati kemerdekaan RI.
Karena ada suatu hal, guru Upik kecil harus berangkat lebih dahulu.
Upik kecil dan kawan -kawan mendapatkan jatah untuk menyajikan tari khas Minang " tari rantak". Karena diperjalanan Upik dan kawan-kawan naik truk dengan bak terbuka,otomatis dandanan Upik dan kawan-kawan berantakan karena angin.
Sesampainya di lokasi acara, Upik kecil dan teman-teman sudah terlambat. Dan saat itu giliran grup mereka akan tampil.
Dengan cekatan Upik kecil dan teman-teman membenahi dandanan masing-masing sambil melirik sana-sini mencari guru.
Tidak lama kemudian nama sekolah Upik kecik terpanggil untuk menyajikan tari Rantak. Dengan nafas ngos-ngosan Upik kecil dan kawan-kawan berlarian ke dekat pentas.
Saat itulah baru ketemu dengan guru kesenian. Melihat Upik kecil berantakan, bu guru segera memperbaiki make up dan baju adat yang dipakai.
Selang hanya beberapa menit, panitia sudah memanggil grup Upik kecil naik pentas. Nafas masih naik turun dengan kencangnya,keringat masih bercucuran, namun Upik kecil dan kawan-kawan tetap berupaya maksimal tampil di pentas. Yang terpenting Upik kecil dan kawan-kawan mendengar tepukan tangan yang riuh saat akan turun dari pentas.
Walau naik truk barang, Upik kecil tetap semangat mengikuti banyak kegiatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H