Sering terjebak dengan memberi nasehat dan ceramah panjang lebar, tanpa disadari pendengar hanya dapat fokus dalam 10 menit paling lama. Dalam waktu 1x 10 menit harus ada relaksasi/refreshing. Terkadang obrolan sampai meluap dari wadah,karena penggunaan diksi yang tidak tepat. Pada akhirnya sasaran tidak akan tercapai.
Menyikapi hal tersebut, menjadi pendengar yang baik atas keluh kesah orang lain itu penting. Agar kita juga dapat input dan sesuatu yang baru dari yang bercerita. Sudah pasti saat mendengar gelas kita harus dikosongkan terlebih dahulu, agar kebijaksanaan tidak meluap keluar.
Apalagi dapat menjadi pendengar yang baik saat kritikan pedas menghujam naluri kita. Karena dalam kritikan ada unsur positif yang harus kita dengar dan renungkan.
Hari ini menjadi pendengar atas keluh kesah mereka. Ada yang tidak bisa Daring karena kendala sarana. Ada yang punya sarana, namun terkendala karena karakter dan integritas.
Menceramahi panjang lebar,apalagi dengan diksi yang tidak tepat, dapat menyebabkan perbedaan pemahaman dari mereka.
Mendengar itu penting. Apalagi setelah mendengar perlu menerawang dari berbagai perspektif,bukan pakai kaca mata kuda.
Karena mendengar adalah anak semata wayang dari empati, dan empati adalah yang maha mendengar, maka empati tidak terletak dalam hati, namun ada di otak kanan.
Maka dalam komonitas sosial ternyata tidak hanya butuh positive thinking saja,akan tetapi sangat butuh positive feeling. Karena kananlah yang mengatur kiri,bukan kiri yang mengatur kanan .
Seberapa kananlah kita, dan seberapa kirikah kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H