Salahkah jika seorang guru merangkap menjadi seorang jurnalis?. Ada yang beranggapan kerjakan tupoksi masing-masing. Urus pendidikan, urus peserta didik, urus sekolah dan jangan ambil lahan jurnalis, bekerjalah secara profesional dibidang masing-masing.
“Terpaksa saya mencari kerja samping setelah pulang sekolah” , anak sedang kuliah, kredit mobil harus dibayarkan. Sementara uang sertifikasi tidak kunjung cair “ tutur salah seorang guru di tempat saya mengajar.
Masalah uang sertifikasi tidak kunjung cair juga sudah menjadi anekdot diberbagai sosmed di kalangan guru. Wajar saja , karena peruntukan uang tersebut sudah jelas pos-posnya, sekali macet akan menyebabkan macetnya pada pos – pos lainya.
Saya menuliskan salah satu contoh kasus di atas, bukan berarti saya akan membahas lebih lanjut tentang sertifikasi guru. Namun yang akan saya bahas adalah bagaimana seorang guru harus bisa menjadi seorang Jurnalis, he he he.
Banyak yang beranggapan biarkan saja urusan pemberitaan di media cetak, media portal online menjadi pekerjaan seorang jurnalis. Guru tidak usah ikut-ikutan menulis berita, karena Tupoksi guru sangatlah banyak.
Kalau dilihat dari arti kata “ jurnalis” mempunyai arti seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik, menuliskan berita dan laporannya dimuat dimedia cetak, media elektronik, internet dan lain-lain. Sehingga dengan adanya seorang jurnalis, apapun kejadian , peristiwa yang berada di negara tetangga, dan di daerah lain yag tidak terjangkau oleh kita bisa kita ketahui dalam hitungan detik saja.
Kita akan tahu tentang perkembangan terbaru dalam berbaga bidang seperti olah raga, politik, kesehatan, pendidikan, gaya hidup dan sebagainya karena adanya jurnalis. Apalagi zaman abad 21 sekarang, semua bisa kita ketahui dalam hitungan detik saja. Begitu cepatnya arus informasi bisa tersebar keseluruh penjuru dunia.
Lantas apa hubungan jurnalis dan guru? Guru adalah merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru memiliki peran central dalam mendidik masyarakat mulai dari usia dini sampai usia dewasa.
Guru adalah seorang penyebar informasi pengetahuan kepada seluruh masyarakat. Mayarakat telah meyakini , guru sangat berperan dalam mendidik dan membentuk kepribadian siswanya, agar memiliki akhlak yang mulia , berkepribadian dan intelektual.
Guru dalam pandangan masyarakat adalah seorang yang menyebarkan ilmu bukan hanya dipendidikan formal saja, namun juga di tempat-tempat tertentu, seperti di masjid, di rumah, Mushola dan tempat lainnya. Seorang guru dituntut untuk mengembangkan profesionalitasnya dengan meningkatkan kualifikasi dan mengikuti forum - forum ilmiah lainnya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seroang guru selain memiliki keterampilan di bidang pedagogis. Guru juga memiliki keterampilan dibidang sosial, kepribadian dan profesional sesuai dengan bidang yang diampunya.
Guru setiap hari akan berhadapan dengan puluhan siswa yang mempunyai latar belakang sosial yang berbeda, karakteristik yang berbeda, suku dan agama yang berbeda. Beragam kompleksitas permasalahan yang dihadapi guru setiap hari, beragam pula pola penyelesaian masalah yang telah dicarikan solusinya. Sehingga hal-hal tersebut sudah membantu peserta didik dalam melukis masa depan yang lebih baik.
Peran central seorang guru inilah yang saya maksudkan guru juga harus sebagai jurnalis. Seorang guru harus mampu juga menyebarkan informasi di media cetak, media online dan sebagainya.
Di tengah-tengah gejolak dan dilema pemberitaan yang semakin tidak ada filternya, timbulnya portal-portal online yang siap mempublish beragam berita dalam setiap waktu. Sisi lain menyebabkan sebagian besar hidup kita disuguhi dengan berita-berita yang terkadang tidak layak dikonsumsi untuk masyarakat. Berita-berita banyak mengandung unsur provokatif, dan kriminal, sehingga dapat menyulut emosi dan bahkan menimbulkan pemikiran baru bagi pembaca. Bahkan berita-berita yang mengandung unsur provokatif, kekerasan, isu selalu menjadi headline di portal atau koran cetak.
Disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang jurnalis, yang akan menyampaikan beragam informasi yang bermutu, mendidik, membimbing, mengarahkan , sehingga pembaca merasa wawasannya menjadi terbuka, mindsetnya menjadi berubah kearah yang baik. Berita-berita yang mengundurng unsur mendidik ini hendaknya berada di kolom headline dan mendapatkan porsi kolom yang lebih banyak lagi.
Sementara belakangan ini, kolom-kolom untuk kalangan pendidik jarang berada pada posisi headline di media cetak maupun online, dan porsi kolomnya juga terbatas. Sementara kasus-kasus kriminal dan kasus lainnya diuraikan secara detail. Ayo para guru, sebarkan informasi positif dengan banyak menulis artikel bermutu dan mengandung unsur edukasi di media apa saja, baik media cetak maupun media online dan lain-lain. Mari kita bentuk karakter dan kepribadian pembaca dengan informasi-informasi positif dan bermutu dan mengandung unsur edukasi.
Jika saja ada satu orang dalam 10 orang guru yang mau menulis artikel, maka artikel-artikel yang ditulis oleh guru akan meramaikanheadline media cetak dan media online lainnya. Sehingga berita-berita yang mengandung unsur tidak mendidik lama-lama akan hilang dan tenggelam dengan sendirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H