Di bawah rindangnya pohon tua
 Kutemukan pusara, tempatmu bersemayam
 Angin sepoi-sepoi membisikkan nama
 Kakek, engkau selalu ada dalam kenangan
Bayanganmu hadir, begitu nyata
 Saat ku duduk termenung di sini
 Cerita-ceritamu, tawa dan ratapmu
 Masih terukir jelas di hatiku
Kerutan di dahi, kisah hidup terukir
 Jejak lelah, mengukir relung hati
 Tangan kasar, membelah kerasnya dunia
 Demi sesuap nasi, demi keluarga tercintanya
Mata sayu, menatap masa depan
 Dengan senyum pahit, ia tetap tegar
 Langkah gontai, menapaki jalan berliku
 Namun semangat tak pernah redup sedikit pun
Kasih sayangmu, setetes embun pagi
 Menyejukkan jiwa yang dahaga
 Didikanmu, bagai lilin menerangi
 Menuntunku ke jalan yang bahagia
Hanya butiran doaÂ
Kuronce menjadi untaian tasbih
Mengetuk langit memohon ampunan dan kasih sayangÂ
Semoga tersampaikan untukmu
Tetesan air mata
Tak bisa terbendungÂ
Meleleh mengurai kenangan
Dalam misteri ilahiÂ
Sumedang, 7 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H