Buat yang penasaran ingin tahu  jenis pohon apa saja  yang ditanam  di area ini. Ternyata ada infonya nih di papan informasi yang terpampang di area jalan menuju danau.  Ada 2.787 bibit tanaman di area ini dengan rincian sebagai berikut: Pinus ( Pinus Merkusii)  2.200 bibit, Bayur (Pterospermum javanicus) 15 bibit, Bintaro (Cerbera manghas) 8 bibit, Glodogan Tiang (Polyathea longifolia) 15 bibit, Akasia (Acacia manginum) 10 bibit, Bungur (Lagerstroemia indica) 35 bibit,  Meranti (Shorea leprosula) 98 bibit, Khaya (Khaya anthotheca) 25 bibit,  Mahoni (Swietenia mahagoni) 72 bibit, Kenari (Canariumindicum) 32 bibit, Mindi (Melia azedarach) 15 bibit, Melinjo  (Gnetum gnemon) 30 bibit, Longkida/Gempol (Nauciea orientalis) 5 bibit, Kayu Kuku (Pericopsis mooniana) 85 bibit, Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis) 62 bibit, Nyawai (Ficus fariegata) 60 bibit.
Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya kami pun tiba di danau. Masya Allah kami seperti menemukan danau atau lebih pas nya disebut telaga kali ya, karena definisi danau itu kan sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas karena mencairnya gletser , aliran sungai.  Sementara telaga adalah semacam danau yang kecil dimana sinar matahari masih dapat mencapai dasarnya. Apa pun namanya itu mau danau atau telaga, yang jelas telaga mungil ini benar-benar cantik, berada  di atas bukit dengan tumpukan batu-batu yang indah, seperti yang sering digambarkan dalam buku-buku cerita.
Tidak terasa sekitar tiga jam, kami keliling-keliling dan singgah di tempat ini. Â Ada banyak tulisan yang melarang buang sampah sembarangan bahkan tulisan "Cuma Monyet yang buang sampah sembarangan" di lokasi, tapi sayang belum disediakan tempat sampah, jadi tetap saja banyak orang yang masih membuang sampah sembarangan. Kami hanya menemukan tempat sampah di dekat gerbang masuk dan di area cafe. Sayang banget kan kalau tempat seindah ini dikotori dengan sampah apa lagi gelas-gelas plastik bekas minuman. Mudah-mudahakn untuk ke depannya disediakan lebih banyak lagi tempat sampah.
Konon area ini menjadi percontohan kawasan reklamasi pasca tambang tingkat nasional dan menjadi satu-satunya kawasan reklamasi eks pertambangan yang berhasil.  Sementara di tempat lain banyak bekas pertambangan pasir besi yang ditinggalkan begitu saja. Mudah-mudahan dengan adanya hutan pendidikan di area ini bukan hanya bernilai secara lingkungan tapi juga mampu memberiakn manfaat  dan mendorong perekonomian warga sekitar. Dan yang lebih penting lagi kesadaran semua pihak untuk merawat tempat yang indah ini, supaya selalu menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi. (yuniarfhz)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H