Awal jalan masuk adalah batu-batu atau jalan aspal yang sudah agak rusak dengan batu-batu yang sudah lepas. Selanjutnya jalan yang kami lewati bervariatif ada jalan aspal yang masih bagus, ada jalan cor, dan banyak juga yang masih batu-batu karena mungkin aspalnya sudah hilang.Â
Jalan yang tidak terlalu lebar sehingga angkot yang kami tumpangi sering berhenti ketika berpapasan. Jalan menuju ke sana berkelok-kelok kadang naik turun, seperti gambaran jalan kehidupan.Â
Lukisan Alam Nan Menakjubkan
Meski kondisi jalan yang kami lalui penuh tantangan, bahkan sampai mengalami tiga kali tambal ban sepanjang perjalanan, entah jalannya yang rusak atau memang ban yang sudah jelek (hehe), yang tidak disiapkan sebelum perjalanan. Tapi semua itu terbayar dengan lukisan alam yang indah sepanjang perjalanan.Â
Sejauh mata memandang Allah tunjukan kebesarannya, kemegahan ciptaannya, bukit yang berlapis-lapis, perkampungan penduduk yang masih asri dengan rumah panggung berbilik bambu, dengan asap mengepul dari dapur mungkin mereka masih menggunakan tunggu atau hawu untuk memasak.Â
Anak laki-laki dan perempuan bermain lompat tali. Pemandangan di kampung berikutnya sekelompok anak-anak terlihat sedang membuat mainan tradisional dari bambu kecil atau orang Sunda bilang sumpit.Â
Sumpit adalah mainan tradisional dari bambu kecil buat tembak-tembakan, yang pelurunya dari kertas basah dibulat- bulat kemudian dimasukan ke dalam lobang bambu tersebut, cara menembak lawan dengan meniup bambu tersebut sampai peluru kertasnya keluar mengenai lawan.Â
Suatu kondisi yang sudah langka sementara anak-anak perkotaan sudah sibuk dengan gadget masing-masing dan jarang bersosialisasi.Â
Aliran sungai yang berkelok, hamparan sawah yang hijau dengan pemandangan beberapa anak laki-laki yang sedang ngurek berjalan di pematang sawah dan sesekali mereka jongkok ketika menemukan lubang belut.Â
Ngurek adalah istilah dalam bahasa Sunda untuk memancing belut dengan cara memasukan umpan ke lubang belut menggunakan dua kuin atau tali buat main layangan yang diulir dan ditambah kail serta dikasih umpan, biasanya umpannya berupa ikan kecil yang disebut bungkreng.
Pohon-pohon besar masih tumbuh di sana sini, langit yang cerah dengan kerumunan awan yang berarak indah, sepertinya awan melayang rendah tepat berada di atas kepalaku. Ini indikasi bahwa kami sedang berada di ketinggian.Â