Mohon tunggu...
YUWITA KURNIA YANTI GEA
YUWITA KURNIA YANTI GEA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Pembelajaran Kognitif Anak Usia Dini dengan Problem Solving Berbasis Model Taksonomi Bloom

20 Mei 2023   10:53 Diperbarui: 20 Mei 2023   10:55 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak dengan menggunakan metode problem solving diantaranya, bermain maze, puzzle, bermain balok dan menyusun menara dengan kubus. Permainan ini bertujuan untuk melatih konsentrasi, koordinasi tangan dan mata, dan juga melatih motorik halus. Contoh, saat anak bermain maze anak dilatih untuk dapat memecahkan masalah dalam mencari jalan keluar serta melatih anak untuk dapat berpikir dan kreatif. Kegiatan bermain menstimulasi anak untuk dapat memecahkan masalah sendiri menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dalam berfikir dan berkreatifitas dapat berkembang dengan baik.

Anak usia dini memilki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap lingkungannya. Anak memperoleh pengalaman belajar melalui bermain. Dalam bermain mereka dapat melakukan percobaan, bereksplorasi, dan melakukan interaksi dengan teman-teman sebaya. Maria (setiasih, 2017) menyebutkan indikator keterampilan pemecahan masalah pada anak usia dini antara lain keterampilan observasi (observation), keterampilan mengumpulkan data (collecting), keterampilan mengolah informasi (communicating), dan keterampilan mengkomunikasikan informasi. Peran guru sangat penting dalam meningkatkan problem solving pada anak usia dini dengan cara guru mengungkapkan masalah setelah itu menghadapkan masalah tersebut kepada anak dan mendiskusikan pemecahannya dengan mereka sehingga anak lebih menyadari pentingnya proses pemecahan masalah tersebut.

  • Kemampuan problem solving menurut usia anak dan cara menstimulasi anak

Keterampilan pemecahan masalah pada anak akan terlihat berbeda bagi anak pada setiap tahap perkembangan dan tahapan usianya.

  • Usia balita (1-3 tahun)
  • Stimulasi perkembangan kognitif dan problem solving pada anak di usia 1-3 tahun adalah mengajak anak bermain permainan sederhana seperti cilukba, bermain petak umpet, membantu anak bermain puzzle, balok, mewarnai, dan menyediakan anak mainan dan aktivitas variatif yang membutuhkan pemecahan masalah. Pada usia 1-3 tahun anak mulai bermain dengan tujuan dan rasa ingin tahu akibat dari tindakannya, jika kegiatan tersebut menurut anak menyenangkan anak akan mengulanginya berkali-kali.

  • Usia balita (3-4 tahun)
  • Pada anak usia 3-4 tahun pendidik atau orangtua dapat mengajarkan anak membilang dan mengenal angka 1-10, juga dapat melalui permainan eksperimen sederhana seperti mengelompokkan benda berdasarkan ukuran dan berat. Selanjutnya juga dapat memberikan anak permainan yang melatih daya ingatnya misalnya permainan tebak-tebakan, membaca buku cerita dan lain sebagainya.

  • Usia prasekolah (5-6 tahun)
  • Usia 5-6 tahun anak mulai berkreasi saat bermain misalnya anak menggunakan potongan kertas untuk bermain masak-masakan atau dedaunan dan benda-benda yang tidak berbahaya. Pendidik memberikan kepercayaan kepada anak untuk dapat menyelesaikan puzzle yang lebih kompleks, dan mengelompokkan mainannya.

  • Menggunakan metode permainan juga lebih mengasikkan dan membuat anak tidak merasa tertuntut dan tertekan dalam menerima pembelajaran. Jadi disini pengajar memanfaatkan media bermain anak sebagai tempat pembelajaran tersebut seperti dengan cara bercerita menceritakan kegiatan sehari-hari. Selain itu bermain juga merupakan dunia anak dimasa ini anak mengalami masa emas untuk membangun karakter anak.


PENUTUP:

Metode problem solving ini dapat menghindari anak dari membuat suatu kesimpulan yang tergesa-gesa, artinya anak dapat mempertimbangkan masalahnya karena pada metode problem solving ini merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kritis yang perlu dikembangkan pada setiap individu. Metode ini juga mampu menstimulasi anak untuk memiliki kemampuan intelektual yang bersifat kompleks yaitu kemampuan memahami konsep-konsep dan kaidah-kaidah dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Kemampuan kognitif anak dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan yang didapat dari pengalamannya sendiri. Anak yang dapat memecahkan masalah sendiri menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dalam berpikir dan berkreatifitas dapat berkembang dengan baik. Jadi sangat penting untuk melatih anak agar dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA:

Hasil penelitian yang dapat saya gunakan untuk mempertajam penulisan esay ini adalah saya menggunakan beberapa referensi dari jurnal:

Oktaviany, F., Hafidah, R., & Dewi, N. K. (2021). Profil Kemampuan Problem Solving Anak Usia 4-5 Tahun. Kumara Cendekia, 9(3), 148-155.

Lestari, L. D. (2020). Pentingnya mendidik problem solving pada anak melalui bermain. Jurnal Pendidikan Anak, 9(2), 100-108.

Utami, L. O., Utami, I. S., & Sarumpaet, N. (2018). Penerapan metode problem solving dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini melalui kegiatan bermain. Tunas Siliwangi: Jurnal Program Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi Bandung, 3(2), 175-180.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun