Mohon tunggu...
Yutta Sihing Gusti
Yutta Sihing Gusti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Strata I Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta konsentrasi Media dan Jurnalistik

Lewat laman ini, akan saya tuliskan isi dan gagasan pikiran yang menjadi keresahan tersendiri. Ada baiknya pikiran tertuang dalam media dan terbaca oleh orang lain. Jangan sampai pikiran hanya menjadi sebatas pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Filosofi Teras: Sadar Bahwa Saya Tidaklah Begitu Spesial

22 April 2024   12:19 Diperbarui: 24 April 2024   17:28 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang kita merasa hidup berjalan dengan tidak menyenangkan. Mungkin saat pagi hari anda merasa seolah sial karena hujan turun begitu derasnya menghalau sinar matahari. Atau saat segerombolan anak bermain bola di samping rumah ketika anda sedang tidur siang. Atau mungkin anda merasa bahwa orang lain selalu berpandangan buruk tentang hidup anda. Lalu anda mulai merasa bahwa hidup layaknya segerombolan masalah yang hanya diselingi sedikit kebahagiaan. Coba persilakan diri anda untuk duduk manis di depan teras dan sedikit berpikir, apa benar saya tidak bahagia?

Filsafat Teras : Filsafat Kuno di Era Modern

Siapa yang tidak kenal dengan stoisisme? filsafat atau ajaran hidup yang sering diperbincangkan di jagat media sosial dan menjadi tren di kalangan anak muda. Youtuber kondang, Ferry Stoik Irwandi adalah salah satu trendsetter yang mendorong antusias orang dalam memahami lebih mengenai stoisisme. Lewat video Youtube-nya yang sudah ditonton lebih dari 1,6 juta viewer berjudul "Memahami Filsafat Stoikisme", Ferry menceritakan pengalaman hidupnya tatkala ia mengimani aliran tersebut selama lebih dari 5 tahun. Ucapannya yang paling relevan adalah mengenai "hidup layaknya segerombolan masalah yang hanya diselingi sedikit kebahagiaan." 

Stoisisme merupakan suatu ajaran filsafat yang dibentuk oleh Zeno di abad ke-3 sebelum masehi. Ia merupakan seorang pedagang kaya dari Siprus yang akan berlayar dari Phoenicia ke Piraeus melewati laut mediterania. Zeno membawa dagangan berupa pewarna tekstil berwarna ungu yang sangat mahal. 

Malangnya, saat Zeno sedang berlayar, ia terhempas karena badai dan kapalnya karam. Seluruh barang dagangannya hilang entah kemana dan Zeno terdampar di Athena, Yunani. Hilangnya harta benda yang berharga membuat Zeno kebingungan di tanah Athena.

Suatu hari ia tidak sengaja menemukan buku filsafat di sebuah toko buku dan mencari siapa orang yang menulis buku tersebut. Ia akhirnya menemukan Crates seorang filsuf aliran Cynic (Sinisme) dan mengikutinya untuk belajar filsafat darinya.

Lambat laun ia mulai menemukan aliran filsafatnya sendiri dan mulai mengajar banyak orang. Ia senang mengajar di dekat teras berpilar (yang dalam Bahasa Yunani disebut stoa) di sisi utara Agora (Semacam tempat public/alun alun di masa Yunani kuno). Inilah awal mula julukan filsafat Zeno yang dikenal sebagai filsafat stoisisme atau filsafat teras dan penganutnya yang disebut kaum stoa.

Filsafat ini terus berkembang dan selalu relevan dengan berbagai kelas sosial di masa tersebut. Beberapa dari mereka yang meneruskan antara lain, Cato The Younger dari Roma seorang politisi terkenal, Lucius Seneca seorang filsuf, negarawan, dan penulis drama, Epictetus dari Yunani, seorang yang terlahir menjadi budak, dan Marcus Aurelius salah satu The Five Good Emperors of Rome.

Lalu, apa isi dari ajaran Stoisisme dan apa korelasinya dengan kebahagiaan? Apa ini adalah ajaran untuk dapat bertahan hidup saat kapal kita karam? Atau cara bagaimana menikmati kopi di depan teras rumah?

Kebahagiaan adalah Suatu Produk

Singkatnya, stoisisme mengajarkan bahwa hidup harus didasari pada hal yang sifatnya internal dan bisa anda kendalikan bukan pada sesuatu hal diluar diri anda/eksternal. Misal setiap kali anda bangun tidur anda selalu mengharapkan semua orang yang anda kenal akan bersikap baik terhadap anda agar anda bahagia, saat anda menjalaninya anda tidak mendapatkannya, lalu untuk apa anda menggantungkan kebahagiaan akan hal diluar diri anda? 

Filosofi ini sebenarnya tidak mengajarkan kiat kiat mendapatkan kebahagiaan hidup, yang menjadi tujuan utama dari stoisisme adalah hidup bebas dari emosi negatif/tentram dan mengasah kebajikan (Virtue). Kebajikan sendiri merupakan tindakan selayaknya sebagai manusia yang sehat dan terpuji dan kebahagiaan adalah produk dari implementasi 2 hal tersebut.

Hidup Selaras dengan Alam

Para filsuf stoa selalu menegaskan untuk hidup selaras dengan alam. Konteks 'alam' dalam filsafat ini tidak hanya alam secara empirik yang dapat dirasakan manusia. Lebih jauh dari itu, konsep hidup selaras dengan alam adalah perihal menjadi manusia yang berakal. 

Akal sehat/rasionalitas merupakan hadiah terbesar bagi manusia dari alam. Dengan melihat tujuan utama stoisisme dalam meraih kebajikan, manusia adalah mereka yang menggunakan rasio dan akalnya dalam segala tindakan hidupnya.

Sebagai makhluk sosial, manusia juga tidak bisa memungkiri bahwa hidupnya bergantung pada sesamanya manusia. Manusia sebagai makhluk sosial adalah bentuk deterministik dari hidup selaras dengan alam. Stoisisme percaya bahwa sifat alami (nature) manusia adalah social creatures (mahkluk sosial). Mengelak dari hidup sosialnya sebagai manusia adalah bentuk penentangan kemutlakan alam.

Alam juga mengajarkan akan satu keterkaitan yang terhubung. Segala hal, baik peristiwa maupun tindakan dipengaruhi oleh satu keterkaitan akan sebab dan akibat. Tidak ada peristiwa yang terjadi karena suatu kebetulan, semuanya terjadi dari rantai peristiwa sebelumnya yang saling terkait. 

"Apa yang Dapat Saya Kendalikan?"

Filsafat stoisisme mengajarkan untuk memfokuskan diri pada apa yang bisa kita kendalikan. Yang menjadi fundamental dalam ajaran ini adalah konsep perihal dikotomi kendali. Ini merupakan kemampuan manajerial diri pada konteks apa yang bisa anda kendalikan dan apa yang tidak bisa anda kendalikan. 

Kita sering menjalani kehidupan dengan memfokuskan diri pada apa yang tidak bisa kita kendalikan, seperti perhatian lebih pada opini orang lain, reputasi karir, kekayaan material, maupun perasaan cinta orang lain. Bukankah akan lebih baik ketika kita memfokuskan pada apa yang bisa kita kendalikan, persepsi kita, bagaimana anda mengambil keputusan, maupun manajerial pilihan hidup. 

Kadang kala kita terlalu terobsesi pada hal diluar diri kita, namun tanpa anda sadari hal eksternal tidaklah selamanya dapat anda pertahankan. Kencantikan, reputasi, karir, bahkan kesehatan anda mungkin akan direnggut sewaktu waktu. Perhatian lebih yang anda berikan akan berubah menjadi rasa kecewa dan penyesalan ketika anda memfokuskan pada hal eksternal tersebut. Anda hanya menjadi budak dari hal eksternal tersebut, padahal ada kebahagiaan hakiki ketika anda melihat bagaimana anda harus memandang dunia. 

Manajemen Persepsi dan Interpretasi

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa anda punya kuasa atas apa yang terjadi terhadap anda. Segala peristiwa, tindakan orang lain, dan respon sosial dapat anda persepsikan sebagaimana anda bisa.

Kadang anda sering merasa kecewa, sedih, gagal, dan emosi negatif lainnya saat anda melihat suatu kejadian tertentu. Padahal emosi tersebut terbentuk dari pikiran yang memandang suatu kejadian atau peristiwa. Perlu digaris bawahi setiap peristiwa yang terjadi di dalam diri itu sifatnya netral, namun makna akan peristiwa tersebut dapat berdampak positif atau negatif itu tergantung persepsi.

Anda punya kendali untuk memberikan value judgement pada setiap kejadian yang menimpa anda. Persepsi itu adalah hasil dari olah rasio yang menciptakan suatu emosi. Rasio dan emosi adalah 2 hal yang berkaitan. Rasio yang baik akan menuntun pada emosi yang positif. Begitulah kita mempersepsikan apa yang terjadi dalam diri kita berdasar pada penalaran yang logis. 

Premeditatio Malorum : Pesimistik ?

Ketika anda memikirkan hal yang baik dalam satu hari dan hal baik itu tidak terjadi apa yang anda rasakan? Kecewa, menyalahkan keadaan, dan merasa bahwa dunia tidak sedang bekerja padamu? Inilah yang ingin diantisipasi dari konsep premeditatio malorum. Singkatnya, premeditatio malorum adalah cara ketika anda memikirkan kemungkinan terburuk dari apa yang akan anda kerjakan. Tidak hanya berpikir suatu kemungkinan terburuknya saja, tapi juga bagaimana antisipasi ketika kemungkinan itu terjadi. Apa yang bisa dilakukan dan bagaimana menghindarinya? Ini membuat anda berpikir bila saja kemungkinan itu terjadi dan apa respon paling tepat untuk mengantisipasinya. 

Selain itu konsep ini membuat anda tidak merasa begitu kecewa dan menyalahkan keadaan ketika kemungkinan itu terjadi. Seakan anda sudah siap bahwa mungkin itu terjadi dan anda siap untuk mempersepsikan bahwa itu adalah hal yang baik karena itu diluar kontrol anda. 

Konsep ini selayaknya tantara yang selalu dilatih untuk siap akan perang walau mungkin perang tidak akan terjadi. Mereka akan berlatih keras dan sigap seakan perang sedang terjadi. Tatkala perang itu memang terjadi, mereka sudah siap dan tidak khawatir akan resiko yang menimpanya. Inilah yang diharapkan dari konsep premeditatio malorum. 

Bagi saya, konsep ini tidak sama dengan pesimistik, premeditatio malorum menekankan pada suatu kemungkinan terburuk dan antisipasi bila itu terjadi. Pun anda tidak bisa mengantisipasinya, anda siap akan resiko dari kemungkinan tersebut. 

Filosofi Teras : Sadar Bahwa Saya Tidaklah Begitu Spesial

Ketika saya pertama kali mendengar mengenai filsafat stoisisme, saya berfikir bahwa filsafat ini terkesan diplomatis dan tidak ada kepastian yang mutlak, bahkan sedikit terdengar utopis. Setiap saya membacanya, saya merasa seakan filsafat ini berada pada jalur tengah yang terkesan cari aman. Namun satu hal yang membuat saya merasa bahwa filsafat ini sangat membuat tentram adalah bahwa Saya Tidaklah Begitu Spesial. 

Apa yang terjadi pada hidup saya adalah hal yang dirasakan oleh banyak orang juga. Semua permasalahan, rasa sedih, kecewa adalah perasaan yang sama yang dialami semua orang yang lahir kedunia. Untuk apa saya merasa bahwa saya adalah orang yang tidak beruntung, semua orang punya ketidak beruntungannya masing masing. Saya hanyalah bagian kecil dari alam semesta yang begitu kompleksnya, untuk apa saya sibuk sibuk memikirkan bagaimana menyenangkan hati orang lain? Bukankah itu sesuatu yang naif. 

Semua yang terjadi di dunia ini tidaklah menjadi satu satunya dan yang pertama, semuanya sudah terjadi sebelum dan disemua tempat. Dan pada akhirnya semua juga akan terlupakan oleh saya bahkan oleh orang lain. 

*Tulisan ini merupakan review dan opini pribadi terkait buku Filososfi Teras karya Henry Manampiring

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun