Mohon tunggu...
Yusya Rahmansyah
Yusya Rahmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Siliwangi

Seorang mahasiswa yang besar di dua pulau di Indonesia sumatera dan jawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Melati di Tapal Batas

13 April 2020   20:25 Diperbarui: 13 April 2020   20:40 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, suara dentuman meriam dan desingan peluru terdengar semakin jelas. "Astaga!" tersentak Maria dari tempat tidurnya. "Hei! Semua segera bangun!" teriak Maria mencoba membangunkan teman-temannya walaupun beberapa dari mereka sudah terlihat siap perang.

"Berkumpul semua!" teriakan Letnan Soekma mengumpulkan pasukan. "Kita diserang! Dari arah barat mereka datang, kita harus bisa menggempur mundur mereka," arahan Letnan Soekma kali ini sangat singkat dan padat. 

"Dan satu lagi, mereka membawa meriam dan beberapa senjata berat, jadi kita harus lebih berhati-hati" tertegun para pemuda-pemudi ini mendengar perkataan Letnan Soekma. Persenjataan mereka belum memadai untuk berhadapan dengan meriam dan persenjataan berat musuh. Setelah arahan tadi, pasukan berkumpul dan mulai melaksanakan serangan balik dan membalas tembakan musuh.


Desing peluru tak bertuan kembali menjadi santapan bagi mereka, bahkan disaat matahari belum muncul sama sekali. Mulai terlihat berjatuhan korban, banyak yang tewas di medan perang kali ini. Situasi semakin menegang, terlihat musuh mulai mengeluarkan meriamnya. 

Desing peluru tak bertuan kembali menjadi santapan bagi mereka, bahkan disaat matahari belum muncul sama sekali. Mulai terlihat berjatuhan korban, banyak yang tewas di medan perang kali ini.

Situasi semakin menegang, terlihat musuh mulai mengeluarkan meriamnya. Artileri anti Infantri tersebut dikeluarkan. *DUAR* suara tembakan meriam terdengar jelas, disusul ledakan amunisinya.

"Awas tembakan meriam!" Siti meneriakan teman-temannya yang tepat terkena ledakan amunisi meriam tersebut. "Ah Sialan!" ketus Siti menyesali ledakan tersebut. Di depan matanya sendiri, Siti melihat teman-temannya tewas terkena ledakan amunisi meriam.

"Ani! Ambil Granat itu, lempar ke arah meriam itu!" Teriak Maria. "Biar saya tembaki mereka kamu ambil saja granat dan lempar ke mereka" jelas Maria. Dengan cepat Ani mengambil granat tersebut, ditarik pin granatnya dan dilempar ke arah meriam tersebut.

*DUARR* meledak granat tersebut tepat di belakang meriam tempat amunisi disimpan. Hancur lebur sudah meriam. "Berhasil Mar!" teriak Ani kegirangan. Maria membalas dengan senyum menyimpul. *DAR* diiringi suara keras peluru yang ditembakkan, peluru tersebut bersarang dikepala Ani yang masih berdiri di posisinya melemparkan granat. Seketika Ani jatuh dan tewas.

"Ani!" teriakan Maria membuyarkan konsentrasi beberapa serdadu yang tengah menembakkan senjatanya. Letnan Soekma langsung mendatangi dan menahan Maria yang ingin berlari menuju Ani yang telah tergeletak lemas tak bernyawa.

 Seketika Ani jatuh dan tewas. "Ani!" teriakan Maria membuyarkan konsentrasi beberapa serdadu yang tengah menembakkan senjatanya

Posisi Ani memang sangat dekat dengan garis depan musuh. Ani tewas seketika ditembak oleh penembak jitu musuh. Maria dan beberapa serdadu kembali ke barak. Pertempuran masih berlangsung. Terlihat Siti meluapkan emosinya dengan maju sampai garis depan dan menembakan banyak peluru dari laras panjangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun