“Alhamdulillah saya sudah diterima bekerja di PT Buma Kalimantan Timur. Saya sampaikan terima kasih kepada Pak Gubernur Ganjar dan pemprov, yang telah memberi fasilitas pendidikan untuk saya. Terima kasih juga karena saya sekolah tanpa biaya sepeserpun, alias gratis,” kata Fajar saat dihubungi lewat telepon seperti dikutip dari Jatengprov.go.id.
Fajar adalah anak ke lima dari tujuh bersaudara. Mereka dibesarkan seorang diri oleh ibunya, Darsini. Sedangkan sang Ayah telah meninggal sejak Fajar duduk di bangku kelas 1 SD.
Untuk menghidupi anak-anaknya, Darsini yang tamatan Sekolah Dasar bekerja sebagai buruh tenun. Kepada wartawan merdeka.com yang menemuinya ketika surat Fajar viral tiga tahun lalu, Darsini bercerita penghasilannya maksimal hanya Rp100 ribu per bulan.
Anak pertamanya mengidap penyakit dan hanya bisa tergolek di tempat tidur. Ia hanya mampu menyekolahkan anak kedua dan ketiganya hingga SMP. Itu sebabnya, wanita berusia 53 tahun itu tak pernah berpikir akan bisa menyekolahkan Fajar hingga level SMK.
Darsini sempat bingung memikirkan biaya ketika Fajar mengutarakan niatnya sekolah SMK di Semarang, berjarak sekitar 100 kilometer dari kampungnya di Desa Bulu RT 6 RW 1, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Jangankan untuk bersekolah di Semarang, di kampung halaman saja Darsini merasa tak mampu membiyainya.
Darsini bahkan masih ragu ketika Fajar mengatakan ada SMK gratis untuk anak-anak kurang mampu di Semarang. Fajar tertarik sekolah di sana setelah mendapat informasi itu dari gurunya di SMP 1 Petarukan. Dalam pikiran Darsini saat itu, kalau pun benar ada sekolah gratis, pastilah butuh uang pelicin atau koneksi orang dalam agar anaknya bisa diterima.
Ternyata, apa yang dipikirkan Darsini jauh berbeda dengan faktanya. Sebab, Fajar terbukti dinyatakan lolos tanpa uang pelicin dan koneksi orang dalam. Pihak sekolah hanya mengirimkan tim ke rumahnya untuk mengecek apakah Fajar benar-benar dari keluarga miskin.
Fajar menjadi salah satu dari 264 siswa baru SMK Jateng tahun ajaran 2019/2020. Mereka diseleksi dari 2500 pendaftar. Ke-264 siswa itu disebar di tiga sekolah: kampus Semarang, Pati, dan Purbalingga.
Saat hendak berangkat ke Semarang, Fajar hanya minta didoakan dan dibekali ongkos. Saat itulah, Darsini berpesan jika suatu hari bertemu Ganjar agar menitipkan pesannya. Ia ingin berterima kasih berkat program gubernur itulah anaknya bisa sekolah di Semarang.
***
Didirikan pada 2014, SMK Jateng memang digagas Ganjar Pranowo agar anak-anak pintar dan berprestasi tidak putus sekolah gara-gara orang tuanya tidak punya uang untuk menyekolahkannya.