Ada yang lebih menyakitkan selain rasa sedih setelah mengalami kekalahan. Yakni merasa sial dan bodoh.
Perasaan itu semua nampaknya sedang dialami Timnas Spanyol setelah dikalahkan oleh Timnas Maroko. Dalam pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2022 Qatar, Selasa malam (6/12).
Bagaimana tidak sedih? Spanyol adalah penyandang  gelar juara piala dunia 2010 di Afrika Selatan.. Sementara Maroko adalah tim kuda hitam yang sering tidak diunggulkan, walau tampil cemerlang sebagai juara group di piala dunia saat ini.
Bagaimana tidak sial? Menyerang hampir sepanjang pertandingan, tak satu gol pun pemain Spanyol bukukan. Hingga akhirnya harus menyerah di babak adu pinalti oleh kiper Maroko. Tragis sekali nasib Spanyol.
"Seribuan kali passing Spanyol sia-sia oleh tiga ratusan passing pemain Maroko," kata Binder Shink, komentator SCTV, mengutip statistik FIFA.com.
Spanyol juga bagaimana tidak merasa bodoh? Menendang bola di titik pinalti tak satupun dari 4 penendang Spanyol yang berhasil mencetak gol.
Tiga diblok langsung sang kiper dan satu lagi mantul menyentuh tiang gawang. Penyesalan dan merasa bodoh pasti dialami para algojo pinalti Spanyol yang gagal.Â
Sementara pemain Maroko, 3 gol berhasil merobek gawang Spanyol dari 4 yang sudah menendang. Hanya 1 pemain yang pinaltinya diblok kiper. Sebuah kegembiraan yang tiada tara. Dicatat sejarah karena Maroko untuk pertama kalinya lolos ke babak 8 besar piala dunia selama keikutsertaannya.
Bono, sang kiper Maroko menjadi bintang lapangan. Kehebatannya menangkal semua bombardir pemain Spanyol membuatnya menjadi kekasih dadakan dan idola baru penggemar sepak bola dunia dimanapun berada.Â
Kecuali, tentu saja, bagi rakyat sepak bola Spanyol. Gara-gara kelihaian kiper Bono, Spanyol yang ternama dipermalukan untuk cepat pulang dari Qatar dan mengubur cita-cita Tim Matador jadi juara piala dunia sepakbola kedua kali, di jazirah Arab.
Itulah sepak bola. Ada yang harus menang, ada yang harus kalah. Menyerang bukan berarti harus menang. Bertahan tak selamanya berarti kekalahan. Timnas Maroko merasakan manisnya buah bertahan dengan kemenangan saat adu pinalti (0-0) 3-0.
Sekarang, pemain dan rakyat Maroko sedang bersuka cita. Peristiwa kemenangan atas Spanyol di Piala Dunia ini akan menjadi cerita sejarah heroik bangsa mereka di lapangan hijau sepak bola secara turun-temurun. Yang tak akan ada jemunya untuk terus diceritakan kepada anak-cucu mereka.
Selanjutnya, Maroko yang menjadi satu-satunya pembawa panji benua Afrika akan menhadapi Portugal dari Eropa. Lagi-lagi prediksi dan pasar taruhan di babak 8 Besar tidak begitu saja berpihak pada Maroko.Â
Namun jika melihat gaya dan cara bermain skuad Maroko yang masih tetap on-fire, nothing to lose tapi ngotot. Selalu licin bergerak dan punya barisan pertahanan yang kokoh, Portugal bisa menjadi korban kejutan Maroko berikutnya. Patut diwaspadai oleh siapapun yang semula menganggap Maroko hanyalah kuda hitam kaleng-kaleng.
Peta kekuatan sepak bola dunia sesungguhnya sudah agak berubah. Selain karena Maroko yang trengginas, Jepang, Korea dan Arab Saudi, pun sudah memberikan sumbangsih warna perubahan lewat kejutan yang mereka lakukan di piala dunia kali ini.
Dua galaksi sepak bola Eropa dan Amerika Latin kedepan akan punya pesaing serius dalam meraih tropi piala dunia yang selama ini mondar-mandir hanya di dua benua itu saja. Galaksi itu bernama Galaksi Afrika dan galaksi sepakbola Asia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H