Mohon tunggu...
YUSUFIbrahim
YUSUFIbrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Setidaknya saya menulis.

30 tahun bercinta dengan industri kreatif gambar dan suara di televisi, kini tiba waktunya pulang pada cinta pertama di dunia kreatif, yakni menulis. IG: @hajiyusufi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sholat yang Memutus Rezeki

22 April 2022   03:10 Diperbarui: 22 April 2022   05:39 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sholat mampu memutus rezeki haram (Photo: Kompas.com - Garry Lotulung)

Seorang teman beranak 3, berusia 40 tahunan bertanya kepada penulis, mengapa rezekinya belakangan ini berkurang. Padahal menurutnya, satu tahun terakhir ibadah sholat 5 waktunya terjaga. Jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Baru sholat kalau di rumah dan ketika punya masalah berat. Jika sedang senang dan banyak duit, abai.

Penulis tak langsung menjawab. Diam dan mikir. Itu pertanyaan berat. Ilmu sholat penulis ringan dan merasa bukan orang yang pantas menjawabnya.

"Boleh pertanyaanmu aku jawab nanti?" Respon penulis kemudian.

Teman itu diam saja. Entah kecewa, entah maklum. Sampai akhirnya kami bicara yang lain dan melanjutkan kegiatan masing-masing seperti biasa.

Dua kata kunci. Sholat dan rezeki. Pertanyaan teman itu terus mengganggu perasaan dan otak penulis hingga beberapa hari. Apalagi penulis berjanji menjawabnya.

Penulis mencoba mengingat-ingat, apa itu sholat dan rezeki. Sebatas yang penulis pahami dan sesuai batasan literatur yang penulis baca sejauh ini.

Bagi penulis, sholat adalah berdo'a. Ritual ibadah memohon, berharap, dan bersyukur memuji Allah. Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Itu kewajiban hamba umat beragama yang memerintahkannya, yakni Islam. Sesimple itu.

Shalat merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu shalla. Kata ini merupakan turunan dari kata yushalli -- shalaatan,"  demikian Ensiklopedia Islam menulis di Wikipedia.

Sementara menurut penulis, rezeki adalah pemberian Tuhan, Allah SWT kepada manusia ciptaan-Nya untuk menopang kehidupannya di dunia.

Rezeki meliputi apa saja yang manusia rasakan dan alami. Tidak selalu berbentuk materi. Diberikan kesehatan juga rezeki yang sangat mewah.

Rezeki ada yang perlu dicari dan ada yang memang sudah ada dengan sendirinya. Karena Tuhan berfirman setiap mahkluk hidup ciptaanya memiliki paket rezekinya sendiri-sendiri. Tak akan dikurangi walau sebutir nasi sekalipun hinggal ajal menjemputnya. Dan rezeki yang dijamin Tuhan itu sudah pasti halal dan baik bagi hambanya.

Dalam rezeki juga disertakan yang namanya keberkahan, halal dan haram. Ringkasnya begitu. Yang halal cendrung baik. Yang haram sudah pasti buruk.

Rezeki haram sesungguhnya tidak ada. Menjadi ada karena manusia memaksanya ada. Meraih dan mencarinya dengan cara melanggar norma dan aturan agama yang di-imani. Apakah ada ajaran moral dan agama yang menganjurkan orang atau segolongan umat mencari rezeki haram? Rasanya tidak ada.

Lalu mengapa kawan penulis yang rajin sholat rezekinya menjadi dirasa berkurang?

Penulis akhirnya menemukan jawabannya, dengan mengingat sebuah ceramah Ustadz "Sejuta Viewers".

Singkat kata dan intinya ustadz itu berujar dalam ceramahnya, "Bisa jadi seorang yang rajin sholat dan beribadah merasa rezekinya berkurang dibanding saat dia jarang beribadah dan sholat. Karena saat sholat yang notabene berdo'a, orang itu selalu memohon dan meminta dalam do'anya hanya diberikan rezeki yang halal-halal saja. Dan ketika Allah mengabulkan do'anya, maka rezeki yang berkategori haram mental dan terputus dari orang itu."

Akhirnya, ketika kembali berjumpa dengan kawan yang bertanya itu, penulis berucap.

"Bro, sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Rezeki kau tidak mungkin berkurang gara-gara rajin sholat. Rezeki kau tetap dan mungkin akan bertambah jika kau terus istiqomah. Konsisten. Kau rasa rezekimu kurang karena insya Allah sholatmu diterima. Do'amu dikabulkan. Allah hanya memberikan kau rezeki yang halal dan baik buatmu. Rezeki haram kau terputus sudah. Bersyukurlah!"

Kawan penulis yang sedang menuju jalan tobat itu terdiam. Matanya berkaca-kaca. Sejurus kemudian dia berkata, "Insya Allah dan semoga. Selama ini kau tau sendiri caraku mencari uang. Tipu sana, tipu sini. Korup sana, korup sini. Sejak sholat, aku mikir beribu kali untuk melakukannya lagi. Dan aku pun memang berdoa minta diberikan rezeki yang halal-halal saja,"

Waullahu a'lam bisawab.

Tabik.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun