Mohon tunggu...
YUSUFIbrahim
YUSUFIbrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Setidaknya saya menulis.

30 tahun bercinta dengan industri kreatif gambar dan suara di televisi, kini tiba waktunya pulang pada cinta pertama di dunia kreatif, yakni menulis. IG: @hajiyusufi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Senja itu Cantik, Subuh itu Seksi

22 Februari 2022   00:25 Diperbarui: 24 Februari 2022   06:28 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisa subuh di Mulyasari, Pancaniti, Bogor. (Photo: Koleksi Pribadi)

Mengapa kebanyakan puisi, lirik lagu, prosa dan tulisan memuji senja? Jarang yang menyebut subuh. Di kolom pencarian Kompasiana ini pun begitu. Hampir semuanya tergila-gila senja. Tak ada yang memeluk subuh.

Ada yang menjawab, saat subuh itu orang kebanyakan di dalam rumah. Masih gelap, dingin dan sepi. Kecuali pasar. 

Lainya menjawab, apa indahnya subuh? Selain tenang dan ada suara kokok ayam? Pesona langitnya kalah dengan senja.

Sementara penulis pernah membaca, entah di internet-entah di koran. Ada yang menulis, "Rata-rata seniman dan penyair suka berkarya malam hari. Usai subuhan kebanyakan mulai berangkat tidur. Jarang yang melek lalu ke luar peraduannya." Laahh...?

Apa benar selalu begitu? Hanya gara-gara masih gelap, dingin, sepi, dan kebanyakan orang di dalam rumah, subuh jauh dari pujian para kreator kata-kata?

Apa subuh tidak indah? Kurang elok dipuji? Tidak memberikan kenyamanan? 

Padahal dzikir saja, ada dzikir pagi dan petang. Dzikir senja dan dzikir subuh. Keduanya waktu sakral untuk dikabulkannya do'a-do'a. Keduanya waktu turun dan naiknya malaikat membawa keberkahan dan mengakut catatan kebaikan dan keburukan manusia. Tuhan lewat kitab suci memuliakan keduanya. Begitu tulisan di kitab-kitab orang sholeh.

Senja memang indah. Cantik dipandang, nyaman dirasa. Nuansanya mampu membuai hati jadi romantis. 

Lukisan matahari pada langit senja selalu memukau dari hari ke hari. Kata-kata tak pernah habis memuji kecantikan senja sejak dahulu kala.

Namun, rasakanlah subuh. Nikmatilah subuh. Pahamilah subuh. Pada subuh juga ada keindahan dalam temaram cahaya terang-tanahnya.

Subuh itu memang dingin. Tapi dinginnya adalah keseksiannya. 

Subuh itu gelap. Tapi gelapnya adalah magis yang menenangkan. Bukan gelap yang menakutkan.  

Maka, berpuisilah penulis memuji keduanya.

Dulu aku cinta senja dan ingin wafat saat senja.

Tapi ketika sering terbangun subuh, cintaku terbelah.

Agar tak menyakiti senja, aku bilang padanya,

"Senja, kamu itu cantik. Tapi subuh seksi. Jangan kau cemburui subuh.

Kalian berdua adalah sebaik-baiknya waktu untuk berdo'a.

Waktu dimana para malaikat naik dan turun ke bumi."

Senja pun merah merona, cantik. 

Sementara subuh tetap dingin memikat, seksi.

Demikian.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun