Hal ini juga telah terbukti setelah kemenangan yang diraih oleh Barrack Obama, Sharon E Jarvis (2010) melalui tulisannya mengungkapkan bahwa pada pemilihan presiden Amerika Serikat periode 2008, Obama menggunakan internet dengan berbagai jejaring sosial, seperti twitter, myspace, youtube facebook dan e-mail.
Bahkan, situs kampanye yang dimiliki Obamamampu mengorganisasi lebih dari 150.000 kegiatan, menciptakan lebih dari 35.000 kelompok, memiliki lebih dari 1,5 juta akun dan mendapatkan lebih dari USD 600 juta dari 3 juta masyarakat yang medonasikan dananya untuk memenangkan Obama
Dalam hal ini internet bisa dikatakan sebagai prioritas bagi aktor politik dalam membangun citranya, akan tetapi hal ini juga tidak bisa dikatakan efektif sepenuhnya.
Masyarakat tentunya tidak dapat mengetahui niat aktor politik tersebut yang mengakibatkan hanya sekedar menerka-nerka, citra ini dapat menjadi baik dan bisa juga menjadi boomerang terhadap aktor politik, terutama akses internet yang semakin bekembangnya zaman ini menjadi lebih mudah, masyarakat pun juga bisa untuk mencari tahu profil dan Riwayat aktor plitik tersebut. Hal ini dijadikan sebagai validasi apakah niat nya sesuai dengan citra yang disampaikan atau hanya sekedar janji pemanis.
Politik dalam dunia internet juga terbilang jahat, karena banyak buzzer yang siap untuk saling menjatuhkan aktor politik yang ingin maju, hal ini membuat isu-isu baru agar masyarakat menjadi bimbang dan citra dari aktor politik menjadi menurun.
Terlepas dari itu semua, internet adalah batu loncatan bagi aktor politik untuk masuk ke dalam panggung pemerintahan karena dengan media masa kita dapat mengakses apapun yang ingin kita ketahui dan banyak informasi terutama terkait politik kita dapatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H