Namun, carut marutnya sistem media (massa) saat ini, yang hampir seluruhnya didominasi oleh pihak kepentingan, membuat masyarakat mengalihkan perhatiannya pada internet. Internet menjadi salah satu media yang rasional bagi masyarakat untuk dapat memantau setiap pergerakan politik dan menyampaikan setiap aspirasi yang ingin mereka sampaikan.
Internet mampu menciptakan ruang publik, yang berdasarkan konsepsi Jurgen Habermas adalah ruang atau iklim yang memungkinkan setiap orang sebagai warga negara mendikusikan persoalan publik secara kritis, bebas, serta tanpa restriksi dari kekuatan politik, sosial dan ekonomi yang ada (Habermas, 2007).
Oleh karena itu, Akses ke ruang publik ini bersifat bebas, karena ini merupakan tempat kebebasan untuk berkumpul (the freedoms of assembly), sehingga asosiasi dan ekspresi masyarakat telah dijamin
Internet yang dimanfaatkan sebagai ajang publikasi, sangat berkaitan erat dengan penyampaian pesan persuasif dari komunikator (aktor politik) kepada komunikannya (khalayak atau konstituen).
Di era interaktif saat ini, internet merupakan salah satu bentuk sarana komunikasi bagi aktor politik selain cara konvensional dalam berkampanye di Indonesia, dalam rangka publikasi kerap kali komunikasi tatap muka sudah sulit dilakukan karena faktor-faktor geografis.
Di sisi lain, aktor politik juga harus mempertimbangkan bahwa saat ini pengguna Internet (user) di Indonesia masih terbatas pada kalangan menengah ke atas atau golongan terpelajar. Sehingga diyakini internet masih terbatas pada setiap orang yang memiliki akses serta daya jangkau yang mendukung.
Namun, pemanfaatan Internet sebagai sarana publikasi bagi aktor politik tetap merupakan terobosan baru sebagai salah satu bentuk cara berkampanye politik. Tersedianya fasilitas internet, telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan dalam partisipasi politik (Solop, 2001).
Penelitian terbaru (Hedi Pudjo Santoso, dkk: 2014) menjelaskan bahwa, pemberitaan politik melalui media online memberikan pengaruh positif terhadap elektabilitas partai politik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terpaan pemberitaan politik di media online terhadap elektabilitas partai Hanura pada Warga Kelurahan Tembalang berpengaruh positif (0,828). Dimana semakin tinggi terpaan pemberitaan politik di media online, maka semakin tinggi pula elektabilitas partai Hanura.
Begitu juga sebaliknya, ketika terpaan pemberitaan politik di media online negatif, maka kecenderungan memilih atau keterpilihan partai Hanura akan rendah. Bahkan jika tidak ada terpaan pemberitaan politik di media online maka tidak ada yang cenderung memilih partai Hanura. Pengaruh antara terpaan pemberitaan politik di media online terhadap elektabilitas partai merupakan pengaruh yang positif.
Responden yang memperoleh pengetahuan dan pandangan lalu mengakibatkan perasaan suka dan senang terhadap partai Hanura, tetapi didalam keadaan seperti ini media dipandang sebagai fasilitas penyampaian informasi yang objektif tentang segala sesuatu yang dinilai baik ataupun buruk