Perasaan baru kemarin saya makan sahur hari pertama tak terasa akan menuntaskan bulan yang mulia ini. Saya merasakan Ramadhan yang berbeda kali ini .Â
Tidak hanya karena adanya pandemi Covid 19, tapi suasana kebatinan pun berbeda. Wabah ini memaksa manusia untuk tidak banyak beraktivitas diluar. Saya dan hampir sebagaian besar penduduk dunia lebih banyak beraktifitas di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
Beruntung dunia telah terhubung dengan internet sehingga manusia masih bisa beraktivitas meski hanya dilakukan secara virtual misalnya,belanja kebutuhan, transaksi perbankan, laporan kegiatan, pembelajaran, rapat, seminar dan lain sebagainnya.
Namun sebaliknya, diam di rumah memberikan kemudahan kaum muslimin untuk beribadah Ramadhan lebih tenang. Kenapa? Kita memiliki waktu yang lebih longgar karena semua aktivitas di rumah. Waktu perjalanan pulang pergi ke tempat kerja misalnya dua jam, bisa dialihkan dengan membaca Alquran. Mungkin bisa lebih dari dua juz bagi yang sudah lancar.
Begitu pula, pekerjaan kantor atau lainnya bisa kita lakukan dengan diselingi ibadah lainnya,misalnya Shalat Duha empat rakaat yang menghabiskan waktu sepuluh sampai lima belas menit. Begitu pula ibadah lainnya seperti, berzikir, mempelajari ilmu agama, membimbing anak belajar pun bisa kita lakukan.
Ibadah yang super berat pun anehnya banyak yang bisa melakukan, yaitu shalat malam. Saya bisa memperhatikan media sosial banyak sahabat-sahabat yang sudah online.Â
Dan saya yakin bangunnya mereka diiringi dengan ibadah. Ini terjadi karena fisik kita yang lebih rileks sehingga lebih santai karena tidak terlalu dibebani beban kerja di siang hari.Â
Akhirnya jiwa dan raga pun lebih siap untuk shalat malam. Akhirnya, meski mesjid dan tempat ibadah lainnya lebih sepi malam-malam Ramadhan ini, namun sebaliknya rumah kita lebih ramai dengan aktivitas ibadah.
Menjelang sepuluh akhir Ramadhan, kaum Muslimin pun tak terlalu sibuk berbelanja kebutuhan lebaran di mall atau pasar karena semua bisa dilakukan dengan layanan pengantaran.Â
Atau mereka tidak terlalu perhatian karena lebaran hanya akan di rumah. Pun dengan rutinitas mudik yang menyita waktu,tenaga dan biaya tidak.Â
Sepuluh hari terakhir, seharusnya diisi dengan I'tikaf mendekatkan diri kepada Allah malah membuat kita semua sibuk dengan mudik dan lebaran.