BEKASI - Festival Adu Bedug dan Dondang merupakan kegiatan rutin tahunan warga Kecamatan Mustikajaya yang sudah berlangsung sebanyak 14 kali. Dari tahun ke tahun, acara ini selalu dinanti warga dan dihadiri ribuan peserta dari masing kelurahan yang ada diwilayah setempat.
Sejarah digelarnya festival ini sangat lekat dengan kebiasaan warga Mustikajaya tempo dulu. Sesepuh sekaligus tokoh masyarakat setempat, Haji Hadi Sukatma (81) mengatakan, kebiasaan adu bedug sudah ada sejak tahun 1950an.
"Dulukan ini masih perkampungan, pada saat setelah lebaran warga anak-anak kampung mencari hiburan dengan mengarak bedug ke kampung-kampung, lama kelamaan diikuti oleh hampir seluruh warga dan menjadi kebiasaan," kata Hadi, Minggu (14/7/2019).
Kebiasaan adu bedung ini selain sebagai hiburan rakyat pada saat itu, selanjutnya berubah menjadi ajang silaturahmi warga antar kampung. Pemerintah Desa kala itu juga menyambut kehadiran kegiatan ini dengan memfasilitasi warga berupa tempat di lapangan desa.
"Pemerintah Desa saat itu ikut mendapingi masyarakat dari yang awalnya cuma mainan anak angon (anak kampung) berubah jadi tradisi setiap tahun setelah lebaran," ungkap dia.
Sementara untuk dondang, Hadi menjelaskan, budaya ini merupakan tradisi asli warga betawi Bekasi yang biasa dilakukan saat upacara pernikahan.
"Dondang ini merupakan wadah bawaan pengantin perempuan kepada pengantin laki-laki pada saat pengantin laki-laki mengadakan hajatan, istilahnya tiga harian," jelasnya.
Di dalam dondang, terdapat dua jenis makanan diantaranya makanan kue dan makanan lauk pauk khas betawi. Biasanya makanan itu terdiri dari dodol, geplak, uli dan wajik. Sedangkan lauk pauknya terdiri dari opor ayam, sayur gabus pucung, bekakak ayam, sayur bandeng.
"Sampai sekarang itu masih ada, tapi udah enggak pakai dondang lagi, sekarang biasanya pakai nampan atau wadah biasa," imbuhnya.
Pada tahun 2006, camat pertama Mustikajaya Jumhana Luthfi kala itu mulai mengagas budaya dan kebiasaan lokal warga dengan mengemasnya menjadi sebuah festival tahunan. Hingga saat ini, festival Adu Bedug dan Dondang terus diselenggarakan dan dihadiri ribuan masyarakat.
Jumhana Luthfi yang hadir dalam festival Adu Bedug dan Dondang ke 14 Kecamatan Mustikajaya mengatakan, awal mula gagasan diselenggarakannya festival ini setelah dia melihat adanya budaya atau kebiasaan warga lokal.
"Awalnya saya lihat ada semacam budaya yang biasa mungkin kita kenal seperti budaya babaritan, mereka (warga) menyampaikan kepada saya pada saat itu selaku camat untuk dibentuk kegaiatan tahunan tingkat kecamatan," kata Luthfi.
Festival ini selain untuk melestarikan budaya lokal, sekaligus jadi ajang silaturahmi warga setelah perayaan idulfitri.
"Jadi tujuan intinya silaturahmi seluruh warga, diikuti empat kelurahan yang ada di Kecamatan Mustikajaya sambil mengarak bedug dan membawa dondang, bedanya sekarang sama awal mula diadakan dulu hanya diikuti warga masyarakat kampung, tapi sekarang saya lihat warga perumahan ikut hadir memeriahkan festival tahunan ini," tandasnya.
Artikel ini sudah dimuat di portal berita TribunJakarta.com (Tribunnews Network), penulis merupakan jurnalis pada media online tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H