Mohon tunggu...
Yusuf Ali
Yusuf Ali Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku Ada adalah Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Afi, Menujulah Puncak karena Menulis itu Tidak Mudah

3 Juni 2017   11:14 Diperbarui: 3 Juni 2017   11:25 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu adalah 'konflik agak besar' yang saya alami di dunia tulis menulis. Apakah ujian saya berhenti sampai di situ? Tidak!

Konfik yang paling besar saya alami kertika saya menulis buku tentang oksidentalisme-apologetik, yakni studi untuk meng-counter pendapat-pendapat orientalis (Barat) tentang Ketimuran dalam hal ini Islam. Buku sudah terlanjur dicetak dan siap untuk disebarkan.

Namun apa yang terjadi? Buku saya malah ditolak mentah-mentah oleh beberapa distributor buku Islam. Alasannya karena buku saya dikhawatirkan membuat bingung umat Islam! Sedih sekali! Padahal tujuan saya menulis buku ini adalah sebagai pedoman umat Islam agar tidak mudah terkecoh dengan logical fallacy (kecacatan logika) orang-orang yang hendak mengajak umat Islam untuk murtad pindah agama.

Buku saya justru banyak diapresiasi oleh orang-orang non-Muslim karena melalui buku saya mereka sadar bahwa ternyata Islam itu begini dan begini. Tidak sejelek yang selama ini mereka pikirkan. Aneh memang. Buku saya yang saya tujukan kepada orang-orang Islam untuk membantu mereka yang sedang bingung menghadapi orang-orang yang ingin memurtadkan, malah dianggap berbahaya oleh orang Islam sendiri! Padahal buku itu saya angkat dari pengalaman saya sendiri.

Kalau memang ada salah, bisa diberi tahu mana kesalahan saya agar bisa saya koreksi. Berkali-kali saya minta penjelasan tapi hanya satu jawaban yang saya dapat: buku saya berbahaya.

Sama sekali tidak ada maksud untuk mendahului langkah para ustadz dan ulama. Karena yang saya bahas sebenarnya adalah problem yang sangat awam yang hanya bermain-main dengan logical fallacy.

Meski akhirnya ada distributor yang mau mendistribusikan buku saya, saya pun urung untuk mengurus buku saya itu lebih lanjut. Kemudian sebisanya saya hapus semua jejak di Internet tentang buku itu seakan tidak pernah ada. Lagipula enam tahun berlalu dan beberapa tulisan sudah tidak lagi mewakili pemikiran saya. Dan lagi, salah satu narasumber yang saya jadikan bahan ternyata sudah menjadi atheist dan antipati terhadap Islam padahal sebelumnya sangat loyal. Di situlah saya merasa bersyukur.

Selama beberapa waktu saya masih sempat menulis tentang oksidentalisme dan berperan aktif dalam debat apologetika sampai akhirnya saya dituduh liberal dan Syiah. Bagaimana bisa? Tidak pernah saya ketemu orang Syiah kecuali berdebat dengannya di dunia nyata. Tapi di dunia maya saya malah dituduh Syiah. Hanya gara-gara berbeda pendapat saja saya dituduh liberal. Dan yang menuduhnya adalah orang-orang yang saya kenal baik. Sejak saat itu dan karena sebab-sebab lainnya saya memutuskan benar-benar berhenti menulis tentang oksidentalisme sampai saat ini.

Itulah pengalaman saya dulu yang mungkin bisa jadi pelajaran buat Afi. Semakin besar konflik yang kamu alami, maka akan semakin berkualitas dirimu. Menulislah untuk Indonesia. Jangan pernah berhenti menulis untuk Indonesia. Menulislah maka kamu semakin dewasa.

Berbahagialah menerima kritik karena dari kritik itu kita bisa tahu mana yang harus kita perbaiki. Cintailah orang-orang yang membully kamu sebab mereka sudah meluangkan waktu buatmu untuk mencari-cari kesalahan kamu agar kamu lebih baik.

Oh iya, satu lagi. Melarang orang untuk merasa menjadi Tuhan sama saja kamu sedang merasa menjadi Tuhan. Dan tolong, buka kembali akunmu supaya kami bisa melihat lagi tulisan-tulisanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun