Apa yang dikatakan oleh Teuku Wisnu tidaklah salah. Para asatidz, ulama, kyai akan sangat senang jika kita bertanya tentang dalil menghadiahkan Al Fatihah. Pertanyaan yang mengganjal pun terjawab dengan tuntas. Lagipula, bertanya dalil bukanlah hal yang tercela asal tidak disertai sikap apriori.
Dalam sebuah surat terbuka yang ditujukan untuk Teuku Wisnu dan Zaskia Mecca, dijelaskan dalil kebolehan mengirim Al Fatihah kepada si mayit. Anda bisa membacanya sendiri di situ karena di sini bukan wilayah saya yang dhaif ini.
Sangat mudah memojokkan orang di dunia maya. Tapi untuk menyampaikan klarifikasi atau meminta maaf, akan sangat sulit karena masyarakat sudah terlanjur dijejali dengan konten yang bertubi-tubi. Entahlah apakah ini sebuah hukum alam atau cuma ilusi optik. Tapi seperti itulah kenyataannya. Sekali orang dibully, bam!!! klarifikasi pun tidak ada gunanya. Bukankah sebuah kebohongan yang disebarkan bertubi-tubi kepada masyarakat dapat dianggap sebuah kebenaran nantinya?
Teuku Wisnu bukanlah orang yang sempurna. Tapi ketidaksempurnaannya telah dia tutupi dengan meminta maaf. Dan itu lebih dari cukup. Teuku Wisnu bisa saja membela dirinya dengan mengatakan, "Saya tidak mengatakan hal itu kok. Anda yang salah sangka."
Â
*) Saya tidak punya jenggot tebal. Celana saya juga tidak secingkrang Teuku Wisnu. Saya warga NU biasa. Bukan salafi apalagi wahabi. Saya pencinta sholawat, tahlilan, mauludan, burdahan, tawassulan, tabarruk, manaqib. Tapi saya tidak tega melihat bangsa ini diadu domba dengan isu murahan. Saya ingin bangsa ini menjadi bangsa yang pemaaf.
Asalkan tidak memaksa untuk menjadi sama, berbeda pendapat itu hal yang biasa. Semoga saja Teuku Wisnu menjadi manusia yang lebih baik, dan semoga ini menjadi teguran buat semua-muanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H