Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah. Washolatu wassalamu 'alaa rasuulillah wa'alaa alii washahbihi ajma'in. Amma ba'duh.
Tersiar kabar heboh di dumay tentang Teuku Wisnu. Ia meminta maaf berkali-kali di twitter. Mendengar namanya saja saya langsung terbayang jenggot tebal dan celana cingkrang yang dia pakai. Pendapat saya sama seperti yang dikatakan Dede Sunandar: kagak ngapa-ngapa. kaaagak ngapa-ngapa.
Karena penasaran saya pun lihat akun twitternya, eh ternyata (sudah?) di-protect. Saya hanya bisa dapat informasi cuitan dari skrinsyut yang sudah menyebar di dumay.
Sudah menjadi kebiasaan saya untuk selalu melakukan klarifikasi terhadap berita apapun sebelum saya mempercayainya. Dengan bantuan mesin pencari Google saya hanya menemukan video-video cuplikannya yang hanya berdurasi satu menit, itu pun sudah ditambahi dengan perulangan-perulangan khas para youtube-spammer. Video tersebut adalah cuplikan acara Beriman (Berita Islami Masa Kini) yang ditayangkan Trans TV. Sebuah tayangan yang membahas serba-serbi problematika Islam masa kini. Hingga tulisan ini diturunkan saya tidak tahu topik sebenarnya yang dibahas dalam acara tersebut.
Oleh karena itu, sebelum saya membahasnya lebih lanjut, ijinkan saya mohon maaf apabila ada tulisan saya yang keluar dari fakta yang sebenarnya sebab sumber yang saya terima hanya video berdurasi sekitar 1 menit tersebut plus skrinsyut cuitan Teuku Wisnu.
Dalam video tersebut Zaskia Adya Mecca berkata, "Pembahasan yang sangat penting dan menarik sekali buat saya. Saya baru tahu sekarang. Saya sering banget membacakan Al Fatihah untuk orang-orang yang sudah meninggal sehabis sholat, tapi ternyata Rasulullah tidak menjalankannya."
Teuku Wisnu menyahut, "Nah itu dia, poin yang paling penting sebenarnya yang harus dipertahankan adalah, ada dua syarat diterimanya amalan oleh Allah Ta'ala yaitu, pertama, ikhlas dan yang kedua, sesuai dengan anjuran Rasulullah saw. Nah ini dia, ketika ada yang menyampaikan sesuatu, kita harus tanya dulu ada dalilnya atau nggak. Nah ini juga hak kita sebagai para jamaah misalnya, berdiri suatu majelis dengan ustadz, ustadz, apakah membaca Al Fatihah untuk mengirim (maksudnya: dikirim) ke orang meninggal ataupun setelah selesai sholat baca Al Fatihah? Kita punya hak kepada ustadz (untuk bertanya), 'Afwan, kira-kira dalilnya apa.' Karena menuntut ilmu itu wajib, dan ini menjadikan seorang muslim yang (sesuai) sunnah yang semakin berilmu dan bertakwa kepada Allah ta'ala.
Pada detik-detik terakhir dari video tersebut Zaskia meyahut, "Jangan sampai kita melakukan sesuatu dengan niat yang baik tapi kita malah melakukan bid'ah. Itu kan ngeri."
Saya kemudian merenung, mencoba untuk (meniru bahasa yang digunakan triomacan2000) "mengumpulkan puzzle untuk menemukan gambar yang lebih besar". Tapi tetap saja gagal. Saya tidak menemukan apa yang telah dituduhkan kepada Teuku Wisnu. Katanya Teuku Wisnu mengatakan bahwa membaca Al Fatihah untuk orang meninggal adalah bid'ah. Tapi saya tidak satu pun menemukannya. Justru kata-kata bid'ah yang frontal disampaikan oleh Zaskia, bukan Teuku Wisnu.
Sungguh saya sama sekali tidak sedang membela Teuku Wisnu. Jika Teuku Wisnu benar-benar mengatakan hal tersebut, maka saya, adalah satu di antara orang-orang yang sakit hati mendengarnya sebab saya pun juga pengamal hadiah Al Fatihah.
Wahai saudaraku yang seiman dan yang setanah air, marilah kita hadapi persoalan dengan kepala dingin tanpa mengedepankan esmosi. Wahai yang masih mem-bully Teuku Wisnu, wahai saudara-saudaraku, Teuku Wisnu tidak bersalah dalam hal ini. Jenggot tebal dan celana cingkrangnya jangan dibawa-bawa. Tapi lihatlah kebesaran hati yang ditunjukkan oleh Teuku Wisnu. Apakah dia membela diri? Tidak. Dia malah berkali-kali meminta maaf.
Apa yang dikatakan oleh Teuku Wisnu tidaklah salah. Para asatidz, ulama, kyai akan sangat senang jika kita bertanya tentang dalil menghadiahkan Al Fatihah. Pertanyaan yang mengganjal pun terjawab dengan tuntas. Lagipula, bertanya dalil bukanlah hal yang tercela asal tidak disertai sikap apriori.
Dalam sebuah surat terbuka yang ditujukan untuk Teuku Wisnu dan Zaskia Mecca, dijelaskan dalil kebolehan mengirim Al Fatihah kepada si mayit. Anda bisa membacanya sendiri di situ karena di sini bukan wilayah saya yang dhaif ini.
Sangat mudah memojokkan orang di dunia maya. Tapi untuk menyampaikan klarifikasi atau meminta maaf, akan sangat sulit karena masyarakat sudah terlanjur dijejali dengan konten yang bertubi-tubi. Entahlah apakah ini sebuah hukum alam atau cuma ilusi optik. Tapi seperti itulah kenyataannya. Sekali orang dibully, bam!!! klarifikasi pun tidak ada gunanya. Bukankah sebuah kebohongan yang disebarkan bertubi-tubi kepada masyarakat dapat dianggap sebuah kebenaran nantinya?
Teuku Wisnu bukanlah orang yang sempurna. Tapi ketidaksempurnaannya telah dia tutupi dengan meminta maaf. Dan itu lebih dari cukup. Teuku Wisnu bisa saja membela dirinya dengan mengatakan, "Saya tidak mengatakan hal itu kok. Anda yang salah sangka."
Â
*) Saya tidak punya jenggot tebal. Celana saya juga tidak secingkrang Teuku Wisnu. Saya warga NU biasa. Bukan salafi apalagi wahabi. Saya pencinta sholawat, tahlilan, mauludan, burdahan, tawassulan, tabarruk, manaqib. Tapi saya tidak tega melihat bangsa ini diadu domba dengan isu murahan. Saya ingin bangsa ini menjadi bangsa yang pemaaf.
Asalkan tidak memaksa untuk menjadi sama, berbeda pendapat itu hal yang biasa. Semoga saja Teuku Wisnu menjadi manusia yang lebih baik, dan semoga ini menjadi teguran buat semua-muanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H