Dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa keuntungan dan manfaat dari metode pembelajaran secara online/ daring lebih unggul dari aspek waktu, tarif, serta akses yang tidak terbatas, hal ini selaras dengan revolusi industri 4.0 yang memprioritaskan IOT atau internet laksana ujung tombak dalam segala hal.
Dalam pengaplikasiannya, pembelajaran secara online/ daring membutuhkan dukungan teknologi. Maka dari itu terdapat istilah Computer Based Learning (CBL) yaitu sistem pembelajaran yang seutuhnya memanfaatkan media computer, dan Computer Assisted Learning (CAL) yang merupakan pembelajaran yang mendayagunakan komputer sebagai alat bantu primer, sementara teknologi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Technology based learning (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Technology based web-learning (bulletin board, internet, email, tele-collaboration).Â
Dalam manifestasinya, yang sering ditemui ialah relasi antara dua hal di atas, teknologi ini juga sering dimanfaatkan pada pendidikan jarak jauh yang bertujuan agar interaksi antara murid dan guru dapat terjalin dengan kelebihan teknologi e-learning ini.
Pendidikan/pembelajaran secara daring telah melahirkan euforia yang luar biasa, yang mana sebelumnya pembelajaran hanya menyandarkan pada tatap muka dan distingtif oleh jarak dan waktu dan sekarang mulai berubah menjadi online/ daring, dimana halangan tersebut sudah teratasi.Â
Pengembangan yang signifikan dari internet sebagai wadah penyampaian kursus yang potensial, digabungkan dengan bertambahnya minat pada pembelajaran seumur hidup dan terbatasnya anggaran, telah menghasilkan insentif yang substansial bagi perguruan tinggi untuk mengembangkan program online/ daring.Â
Teknologi sekarang telah tersedia dan relatif mudah diaplikasikan, perguruan tinggi-perguruan tinggi yang belum siap akan hal tersebut maka akan tertinggal dalam persaingan untuk globalisasi dan perkembangan teknologi.
Tujuan pembelajaran online/ daring ini yaitu perolehan kompetensi peserta didik yang dikenal dengan 4C, yaitu Critical thinking (berpikir kritis) yang menuntun peserta didik supaya dapat menyelesaikan masalah (problem solving).Â
Creativity thinking (berpikir kreatif) dapat diartikan guru sanggup mendampingi peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu permasalahan dari tiap perspektif. Collaboration (bekerja sama atau berkolaborasi).Â
Aktivitas ini wajib diterapkan pada proses pembelajaran supaya peserta didik mampu dan siap untuk berkolaborasi dengan siapapun dalam kehidupannya mendatang. Communication (berkomunikasi) dapat ditafsirkan sebagai kemampuan peserta didik dalam mengutarakan ide dan pikirannya secara cekatan, jelas, dan efektif (Mustakim, 2020).
Berdasarkan studi kepustakaan (library research) yang didapat, kesimpulannya ialah bahwa revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung saat ini mengakibatkan IOT sebagai perbandingan utama di segala aspek, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan.Â
Namun Indonesia sebagai negara peringkat ke 8 dalam pertumbuhan pemanfaatan pembelajaran secara online/ daring rupanya masih terdapat banyak perihal yang perlu penyilihan, terutama adalah pada infrastruktur dalam pemberian access point di daerah bagian terluar, terdepan dan terisolir.