Mohon tunggu...
Yusuf Senopati Riyanto
Yusuf Senopati Riyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Shut up and dance with me
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saat ini sebagai buruh di perusahaan milik Negara.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

1 Januari 2023

1 Januari 2023   18:04 Diperbarui: 1 Januari 2023   18:07 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tahukah kita bahwa kendaraan listrik tidak lebih efektif ?. Diantaranya akibat di besaran Watt yang harus digunakan masyarakat, agar mampu menggunakan kendaraan listrik. Kendaraan listrik yang memiliki permasalahan yaitu kendaraan listrik itu mahal, jadi seharusnya Pemerintah memiliki fokus kemana kepentingan arah perubahan keperuntukan energi nasional tersebut , dan mencari solusi  kenapa harganya mahal ?, dan kepentingannya untuk Republik Indonesia.

Jadi ?, perhitungan subsidi untuk masyarakat benar-benar terang benderang peruntukannya apa kendaraan listrik ?, bukan mengkambing-hitamkan subsidi. Masyarakat, rakyat diberikan penjelasan akan subsidi kita di APBN tidak terlalu membengkak karena semua masyarakat menggunakan listrik. Bukankah ini akan kemana-mana ?., Termasuk penggunaan subsidi terhadap BBM.

Apabila listrik ini masih banyak masalah, khususnya  masalah harga, kedua masalah produksi, yang ketiga adalah tarif listrik. Akan saling berkaitan.

Masyarakat belum menggunakan kendaraan listrik tapi PLN sudah menaikan ke 3.200 Watt. Orang-orang mau membeli, jadi harus KPA nya yang 3.200 watt. Tanya ?. Apa ini ? Apa itu?.

Sudah dapat dipastikan tidak akan cocok., Masyarakat, rakyat yang  listriknya hanya memiliki daya 1.200 watt dan sebagainya, tidak akan ketarik, minimal daya harus 3500 watt.

Intinya konsistensi Pemerintah untuk mensejahterakan rakyat Indonesia , masih jauh panggang dari api.

BBM.

Seharusnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dalam negeri diprediksi akan kembali mengalami penyesuaian. Khususnya per 1 Januari 2023 ini. Penyesuaian harga itu khususnya untuk BBM non subsidi dilihat berdasarkan harga minyak mentah dunia dan kurs rupiah.

Kita ketahui, harga minyak mentah dunia dalam beberapa bulan terakhir 2022 telah mengalami sedikit penurunan dibandingkan pada pertengahan tahun 2022 yang mencapai di atas US$ 100 per barel.

Sementara untuk kurs Rupiah menjadi faktor dari penentuan harga BBM khususnya BBM non subsidi. Saat ini, Kurs rupiah terlibas dolar UncleSam  hingga pada pertengahan perdagangan Kamis (29/12/2022), bahkan menjadi mata uang yang terkoreksi paling tajam di Asia. Padahal, mayoritas mata uang di Asia sukses menguat. Tanya ?.

Apabila kita mengacu pada data Refinitiv, saat pembukaan perdagangan rupiah terkoreksi sebesar 0,26% ke Rp 15.740/US$. Kemudian, rupiah sukses memangkas koreksinya menjadi hanya sebesar 0,19% ke Rp 15.730/US$ pada pukul 11:00 WIB. Rupiah bahkan menyentuh rekor terlemah tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun