Sebuah Narasi, pencapaian akan perkembangan, pertumbuhan Bangsa adalah dengan data sebenar nya tata kelola yang benar sisi BUMN termasuk di dalam nya. Bukan dengan seolah-olah, ketidak benaran serta basa-basi politik belaka hanya demi untuk pencitraan yang tidak berujung dan tidak merasakan apa yang masyarakat rakyat mayoritas rasakan.
Sangatlah diluar nalar dan sudah pasti diluar akal sehat bahkan kebatinan kita umat ber agama apabila kita selalu mendengar tentang dibandingkan nya antara Indonesia (INA) dengan Negara seperti UncleSam (USA), Union Jack sebutan untuk bendera Inggris Raya, sehingga bendera itu menjadi gabungan dari lambang tiga negara, Salib St George (Inggris) dipadu dengan Salib St Andrew (Skotlandia) yang kemudian ditambahkan dengah Salib St Patrick (Irlandia). Sekedar catatan, satu-satunya negara bagian Inggris Raya yang tidak terwakili dalam bendera ini adalah Wales.Â
Dan beberapa Negara maju lain nya, sangatlah unfair dan sangatlah kasihan Negeri gemah lipah lohjinawi ini. Seharus nya Pemerintah Mr President Jokowi membandingkan saja dengan Negara di wilayah Asia Tenggara, punya mimpi besar sangatlah Hebat dan tidak pernah salah, tetapi sesuaikan dengan realita kenyataan yang ada serta yang dialami, dirasakan oleh kita masyarakat rakyat Indonesia (INA). Sehingga tidak terjadi, atau mungkin telah terjadi apa yang disebut dengan rezim fatigue, kelelahan rezim.
Kita ketahui pada Juli 2022, berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, utang Negara INA Â telah tembus di angka Rp7.163,12 triliun, atau setara dengan 39,56 persen produk domestik bruto (PDB). Kita belum membicarakan PDB /per kapita. Padahal kalau saja kita mau membandingkan, atau mundur sedikit lah ke antero Tahun 2011-2012 dan 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 6, 81 persen; 6,44 (2011); 6,19 persen (2012); 5,56 persen (2013). Saat ini kita melihat yang "tumbuh dan berkembang" adalah Utang Negara Republik Indonesia.Â
Masih ingat kan kita masyarakat, rakyat INA pada periode 13 November 2016 ketika Mr President Jokowi berpidato di acara Rapimnas salah satu Partai Politik, beliau mengklaim  pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh tertinggi ketiga di Dunia setelah China dan India. Ruarr biasa bukan ?., Saat itu, diakhir tahun 2016, kemudian Mr President Jokowi mengulanginya kembali sebanyak beberapa kali di pidatonya pada periode tahun 2017. Pertama pada antero Februari 2017, kembali pada  acara salah satu Partai Politik, dan ?, masih belum menuai polemik.
Menuai Polemik.
Masalah baru timbul ketika Mr President Jokowi mengulangi kembali klaimnya tersebut di luar negeri, saat acara forum bisnis Indonesia-Hongkong bulan Mei 2017, klaim Mr President Jokowi digugat oleh Jurnalis Asing. Jurnalis Ekonom di South China Morning Post Jake Van Der Kemp.,
Ia menulis di media South China Morning Post (2/5/2017), yang intinya mempermalukan Jokowi dengan klaim "bodoh"-nya tersebut. Karena, menurut Jake, untuk di Asia saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di peringkat ke-13. Sindir Jake, "Ketiga di Dunia, benarkah? Dunia apakah itu?"
Akhirnya ramai-ramai pejabat Indonesia, memberikan klarifikasi, bahwa yang dimaksud oleh Jokowi sebenarnya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi ketiga di antara negara-negara G-20.Â
Kemudian, seperti hendak mengobati malu, sepanjang tahun 2017 tersebut, dalam berbagai pidatonya di berbagai kesempatan, Mr President Jokowi terus menerus membanggakan perbandingan pertumbuhan ekonomi Indonesia di antara 20 negara dengan perekonomian terbesar tersebut. Sampai dengan bulan Februari 2018, dan ? , masih ada pejabat Kementerian Keuangan yang membanggakan perbandingan tersebut.
Adilkah membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan negara-negara G-20?