Suatu hari Rasulullah sedang berdialog dengan beberapa sahabat, di sela-sela perbincangan hangat tersebut, Rasulullah memungut sebuah ranting kayu kemudian berjongkok dan membuat gambar segi empat di tanah. Selanjutnya Beliau membuat garis vertikal di tengah-tengah dari sisi bawah kotak menuju sisi atas kotak. Di antara garis vertikal tersebut Rasulullah membuat beberapa garis horisontal berjarak.
Melihat gambar tersebut, para sahabat bertanya dan meminta Rasulullullah menerangkan makna dari gambar tersebut. Rasulullah pun menjelaskan dengan penuh kesabaran sebagai berikut.
Makna gambar kotak adalah ibarat dunia, garis vertikal di tengah-tengah adalah batas usia dan perjalanan hidup setiap manusia. Sedangkan beberapa garis horisontal adalah ujian kehidupan dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang pasti dialami oleh setiap manusia dalam hidupnya.
Sebuah Sunnatullah, bahwa dunia ini adalah tempatnya ujian bagi manusia, baik berupa nikmat maupun musibah silih berganti dialami setiap manusia sejak lahir hingga akhir hayat.
Oleh karena itu Islam melarang seorang muslim untuk bersedih, takut dan khawatir dengan kehidupannya ketika mendapat ujian musibah. Laa Tahzan ( ) adalah ungkapan bahasa Arab yang berarti "jangan berduka" atau "jangan bersedih".
Ungkapan ini berasal dari sebuah ayat dalam Al-Qur'anul Kariim, Surah Yusuf ayat 87, di mana Nabi Ya'qub (Yakub) mengatakan, "Maka bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar. Dan mohonlah ampunan atas dosa dan bertasbihlah [Allah] dengan memuji Tuhanmu di sore dan pagi hari."
Sesungguhnya sangat baik dan indah kondisi seorang muslim, saat mendapat ujian nikmat, mereka bersyukur mengucap "Alhamdulillahirabbil 'alamiin" sambil berupaya meningkatkan kualitas iman dan taqwanya. Mengungkapkan kebahagiaannya tidak berlebihan, tetap hidup sederhana dan bersahaja.
Demikian juga ketika mereka ditimpa ujian musibah, mereka mengucap "Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'un. Allahumma jurnii fii musibati wa akhlif lii khairaa minhaa" sambil berusaha sabar, tabah, ikhlas, ridho dengan ketetapan (takdir) Tuhan.
Bahkan seorang muslim yang yakin bahwa ketetapan Tuhan itu yang terbaik bagi dirinya. Mereka yakin ada banyak hikmah dan keutamaan yang Tuhan berikan kepadanya setelah berhasil melewati ujian musibah dengah penuh kesabaran.
Beberapa hikmah dan keutamaan yang akan diberikan Tuhan kepada hamba-Nya yang sabar dalam menghadapi ujian musibah, yaitu :
1. Diampuni dan dibersihkannya dosa-dosa mereka;
2. Beroleh hidayah taufik untuk kembali ke jalan Tuhan;
3. Meningkatnya kualitas iman dan tagwa;
4. Ditinggikan derajad mereka;
5. Diberikan jalan keluar dari masalah;
6. Mendapatkan rejeki tak terduga;
7. Apa-apa yang hilang digantikan oleh Tuhan dengan yang lebih baik, banyak dan berkah.
Dengan demikian tidak ada alasan seorang muslim untuk bersedih dan berduka ketika tertimpa musibah, bahkan bila mereka yakin janji Tuhan tersebut di atas, bahkan akan mengucap syukur. Karena bukti cinta Tuhan kepada hamba-Nya, salah satunya dengan memberikannya ujian musibah.
"Laa Tahzan" sering digunakan sebagai bentuk motivasi, penghiburan dan penyemangat bagi umat Islam yang sedang tertimpa musibah, menghadapi keadaan sulit, kedukaan atau kesedihan.
Ungkapan ini mengingatkan setiap muslim bahwa Allah selalu bersamanya dan akan membantu mengatasi kesulitannya jika mereka tetap berserah diri (tawakal), sabar, tabah, ikhlas, tidak putus harapan dan teguh dalam imannya. Menguatkan mereka untuk tetap percaya bahwa taqdir Allah yang terbaik bagi umat-Nya.
Konsep Laa Tahzan ini juga menjadi pengingat bagi umat Islam untuk mengutamakan keimanannya dan fokus pada tujuan akhirat yang lebih besar, daripada terlena oleh gemerlap dunia ini.
Setiap muslim harus sadar bahwa kehidupan di dunia ini fana, hanya sementara dan sebentar saja. Layaknya seorang musafir yang mampir ke sebuah warung untuk sekedar minum menghilangkan rasa dahaga. Dunia ini diciptakan bagi manusia, hakekatnya adalah tempat tinggal sementara untuk mengumpulkan bekal pulang ke kampung halaman, Surga yang kekal abadi.
Perbandingan antara kenikmatan dunia dengan kenikmatan akhirat adalah ibarat 1 tetes air yang tersisa di jari jemari ketika diangkat setelah dimasukkan ke dalam air laut. Sedangkan kenikmatan di akhirat adalah sebanyak air di lautan. Inilah tujuan hidup tertinggi setiap muslim, yaitu wafat dalam keadaan husnul khatimah dan masuk surganya Tuhan, Allah Azza wa Jalla.
Mulai saat ini, yuk hindarkan diri dari rasa sedih, takut, khawatir dan putus harapan dalam menjalani kehidupan di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H