Mohon tunggu...
Yu Suf
Yu Suf Mohon Tunggu... Administrasi - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca, kepribadian menarik dan santun, perencanaan keuangan, bisnis, investasi, sukses, teknis sumberdaya air

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penanganan Banjir Secara Konservasi Vegetatif dan Konservasi Struktural

1 Februari 2024   15:35 Diperbarui: 1 Februari 2024   15:51 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Konservasi dengan pendekatan vegetatif untuk menekan degradasi pada DAS. Teknologi vegetatif (penghutanan, penghijauan, reboisasi), menjadi pilihan yang tepat dan bijak, karena selain dapat menurunkan terjadinya erosi dan sedimentasi juga memiliki nilai ekonomis bila yang ditanam adalah tanaman produktif.

Konservasi vegetatif dapat memulihkan tata air, keseimbangan neraca air serta mengembalikan siklus hidrologi di suatu DAS menjadi normal.

Pengelolaan secara vegetatif merupakan teknologi konservasi tanah dan air yang efektif untuk menekan degradasi (erosi dan sedimentasi) di suatu DAS.

Meningkatkan kesadaran masyarakat dan semua pemangku kepentingan dalam upaya mengurangi resiko bencana banjir juga bentuk penanganan banjir non struktural.

Upaya non struktural yang dilakukan di hilir sungai juga dilakukan lewat pengendalian tata ruang, penyiapan sistem peringatan dini, pemetaan daerah rawan banjir, penataan permukiman daerah rawan banjir, pembuatan Ruang Terbuka Hijau, dan penyiapan sistem tanggap darurat.

2. Konservasi Struktural (struktural)

Berbagai upaya penanganan banjir secara struktural melalui pembangunan fisik infrastruktur seperti; bendungan, embung, rehabilitasi situ dan danau, kolam detensi, sistem polder, normalisasi sungai, sudetan (by pass) dan kanal banjir.  

Pembangunan ABSAH (Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan), Sumur resapan, teknologi biopori, dan drainase porous bentuk upaya penanganan struktural di tingkat masyarakat dan kawasan permukiman.

Upaya pengendalian banjir secara vegetatif (non struktural) dan non vegetatif (struktural) harus dilakukan secara bersamaan dan simultan.

Penghijauan dan reboisasi hutan gundul di kawasan DAS membutuhkan proses puluhan tahun, untuk merasakan efektivitas penanganan banjir yang significant.

Selama ini penanganan banjir di sebagian besar daerah lebih banyak dilakukan di kawasan perkotaan dan permukiman, tetapi melupakan penanganan banjir di sumber masalahnya, yaitu kawasan DAS yang mengalami degradasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun