Rumah adalah tempat tinggal untuk menciptakan kenyamanan dan memfasilitasi momen-momen berharga dalam kehidupan. Konsep rumah kini bertransformasi menjadi rumah hemat energi. Bukan hanya desain secara fisik tetapi juga kebiasaan sehari-hari.
Saya ingin berbagi upaya penghematan energi yang dimulai dari rumah. Apa yang saya lakukan mungkin bukanlah hal yang baru, namun semoga saja langkah-langkah ini dapat menginspirasi.
Memperhatikan aspek pencahayaan
Rumah yang saya huni tidaklah besar namun saya bersyukur karena rumah ini didesain dengan jendela-jendela besar, yang mana ini memberikan keuntungan ganda, yakni pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang baik. Dengan begitu pada siang hari, saya dapat membuka jendela lebar-lebar dan tidak perlu menyalakan lampu.
Sinar matahari sebagai sumber pencahayaan alami bukan hanya memberikan penerangan, namun juga dapat bermanfaat bagi kesehatan karena membunuh kuman. Pancaran sinar matahari membuat ruangan terasa lapang yang tidak dapat ditiru oleh pencahayaan buatan.
Pencahayaan alami tidak hanya indah, tetapi juga ramah lingkungan. Penggunaan pencahayaan alami yang efektif dapat menciptakan suasana yang nyaman dan menghemat energi listrik.
Memilih dan menggunakan peralatan elektronik secara tepatÂ
Apabila cuaca panas saya rasakan, saya memilih menggunakan kipas angin sebagai sirkulasi udara tambahan. Bila harus menggunakan AC karena cuaca sangat panas, maka pengaturan suhu dilakukan secara bijak yang mana ini menunjukkan kesadaran akan efisiensi energi. AC biasanya dinyalakan pada suhu 23-24 derajat Celsius. AC yang dipilih adalah AC inverter yang ramah lingkungan.
Suhu yang diatur pada tingkat yang nyaman, tidak terlalu rendah, mencerminkan tanggung jawab terhadap pemakaian energi.
Kemudian tentang lampu. Pilihan penggunaan lampu LED atau lampu hemat energi sebagai sumber penerangan adalah upaya saya dalam penghematan energi. Saya memasang smart wall switch yang dapat mengatur jadwal otomatis penggunaan lampu dengan bantuan Google home. Ini merupakan langkah untuk mengoptimalkan efisiensi dengan bantuan teknologi.
Kebiasaan mematikan peralatan elektronik saat tidak digunakan merupakan langkah konkret dalam mengurangi konsumsi energi. Penggunaan colokan pintar atau smart plug sangatlah membantu. Saya pun dapat mematikan perangkat elektronik melalui Google home.
air bersih dengan bijak
MenggunakanBeberapa bulan belakangan ini di saat belum turun hujan, air bersih menjadi ‘barang langka’ bagi kebanyakan orang, termasuk saya. Oleh karena itu sudah sepatutnya penggunaan air bersih dilakukan secara bijak, bukan hanya saat kesulitan pasokan tetapi juga sudah menjadi suatu kebiasaan dalam keseharian.
Hal yang bisa dilakukan adalah dengan tidak membiarkan keran air terbuka saat tidak dibutuhkan. Selain itu, di rumah selalu dipastikan tidak ada kebocoran air pada peralatan atau pipa air, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Tetesan air yang keluar dari keran air yang bocor akan terbuang percuma, nampaknya sedikit tetapi sebenarnya dapat membuang air yang cukup banyak.
Menanam pohon dan tanamanÂ
Lahan di rumah saya tergolong sangat terbatas tapi saya mengupayakan untuk menanam pepohonan di area luar rumah. Keberadaan pepohonan dapat membuat udara lebih segar dan mengurangi paparan sinar matahari.
Saya juga meletakkan tanaman hias di dalam rumah untuk membantu mendinginkan ruangan. Jadi bukan hanya rumah lebih terasa indah, tapi juga adem.
Melalui langkah-langkah sederhana ini, maka rumah bukan hanya menjadi tempat tinggal yang nyaman, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan secara keseluruhan.
Salam lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya