Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Apiknya Belajar Budaya di Intro Living Museum Kotagede Yogyakarta

12 April 2023   10:10 Diperbarui: 12 April 2023   14:43 2047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat-alat proses pembuatan perak (foto: dokumentasi pribadi)

Living museum Kotagede merupakan gagasan dari Yayasan Pusat Studi Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede (Yayasan Pusdok). Konsep living museum Kotagede terdiri dari Museum Kotagede, Pasar Kotagede, Watu Gilang Genthong Gatheng, dan Masjid Gedhe Mataram.

Walau living museum berfokus pada situasi lingkungan di luar museum, tetap ada kebutuhan untuk memiliki satu tempat yang menjadi titik pertemuan, sehingga dikembangkan Museum Kotagede yang menggunakan bangunan Rumah Kalang.

Rumah Kalang sendiri adalah rumah orang Kalang/Wong Kalang, satu subsuku masyarakat Jawa yang tinggal di wilayah Keraton Mataram. Karena satu dan lain hal dari perjalanan sejarah peradaban yang panjang, orang Kalang dulunya tidak hidup membaur dengan bagian masyarakat lain, dan rumah Kalang secara harafiah berarti “rumah batas”.

Museum Kotagede yang diresmikan pada 10 Desember 2021, berada di Jalan Tenggalgendu No. 20B Prenggan. Museum ini menempati bangunan rumah yang dahulu milik dari B.H. Noerijah, seorang Kalang yang sukses sebagai pengusaha emas dan berlian. Beliau juga diketahui pernah memberikan sumbangan sebesar 6000 Gulden untuk kas negara pada awal masa kemerdekaan RI.

Gambar B.H. Noerijah (foto: dokumentasi pribadi)
Gambar B.H. Noerijah (foto: dokumentasi pribadi)
Saat berkunjung Museum Kotagede, tersedia edukator museum yang siap memberikan penjelasan tentang sejarah dan budaya Kotagede hingga koleksi yang terdapat di museum.

Devita, edukator Museum Kotagede (foto: dokumentasi pribadi)
Devita, edukator Museum Kotagede (foto: dokumentasi pribadi)
Ruang Pamer Museum Kotagede

Rumah Kalang ini dibangun pada tahun 1931-1938, memiliki ciri khas berupa tiang-tiang dengan gaya arsitektur Corinthia-Romawi. “Cirinya terlihat dengan adanya hiasan kaca patri yang bercorak warna-warni, penggunaan tegel bermotif pada lantai dan dinding bagian bawah, serta banyak pintu dan jendela yang berukuran besar,” jelas Devita, edukator museum.

Wisatawan yang datang dapat belajar mengenai sejarah dan budaya Kotagede di bagian-bagian museum. “Museum Kotagede terbagi menjadi empat klaster,” lanjut Devita.

Klaster pertama, dimana terdapat infografis tentang Watu Gilang, Watu Genthong, dan Watu Gatheng. Selain itu ada juga benda-benda historis dan video mapping yang menampilkan perjalanan sejarah Kotagede secara apik dan menarik.

Infografis Watu Gatheng (foto: dokumentasi pribadi)
Infografis Watu Gatheng (foto: dokumentasi pribadi)

Video mapping sejarah Kotagede (foto: dokumentasi pribadi)
Video mapping sejarah Kotagede (foto: dokumentasi pribadi)
Klaster kedua, pada bagian ini terdapat hasil kerajinan dan alat dari proses pembuatan perak. Di klaster ini juga disajikan maket rumah-rumah tradisional Jawa di Kotagede.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun