Sektor pariwisata optimis menatap akhir dari pandemi. Jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara diproyeksikan akan mengalami peningkatan di tahun 2023.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI memprediksi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara bakal sekitar 3,5 juta hingga 7,4 juta. Sedangkan untuk wisatawan nusantara sekitar 1,2 miliar sampai 1,4 miliar pergerakan.
Optimisme ini didukung dengan pertumbuhan pada triwulan III 2022 pada sektor pendukung pariwisata yaitu sektor transportasi yang tumbuh sebesar 25,81 persen serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 17,83 persen. Begitu juga untuk tingkat hunian hotel meningkat sebesar 44,8 persen dan tingkat penerbangan domestik naik 34,6 persen.
Tren Wisata Tahun 2023
Dalam melakukan perjalanan wisata, preferensi wisatawan kini cenderung memilih konsep yang lebih personal, dalam jumlah yang kecil, dan mengunjungi destinasi-destinasi wisata dengan jarak tidak terlalu jauh.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno, menyampaikan bahwa tren wisata di tahun 2023 adalah wellness retreats, cultural experience, dan off grid travel.
Wellness retreats merupakan perjalanan wisata untuk tujuan meningkatkan kesehatan dan wellbeing melalui aktivitas fisik, psikologis, atau spiritual. Ini berarti sejenak “mundur” dari kesibukan kehidupan sehari-hari dan bersantai, serta melepas lelah dalam kesendirian.
Lalu cultural experience yaitu wisatawan yang ingin merasakan dan mempelajari budaya baru dalam perjalanan yang dilakukan dan bepergian ke tempat yang underrated. Hal ini dapat menumbuhkan apresiasi lebih dalam terhadap budaya yang terdapat di berbagai tempat.
Sedangkan off grid travel adalah wisatawan ingin terhubung kembali dengan alam, di luar jangkauan, tanpa terkoneksi misalnya dengan teknologi, maupun aktivitas biasanya sehari-hari.
Namun begitu, konsep wisata lainnya seperti workation, sport tourism, bleisure, dan staycation dipandang juga akan diminati.
Workation ini adalah konsep yang memadukan aktivitas bekerja (work) dengan liburan (vacation), dapat bekerja dari mana saja (work from anywhere). Sport tourism, yang menggabungkan wisata dengan olahraga juga akan digemari. Kemudian bleisure yang adalah gabungan antara business (bisnis) dan leisure (liburan) diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup.
Staycation masih tidak kehilangan pesonanya. Jenis wisata ini memang populer di awal pandemi dan masih menjadi pilihan bagi wisatawan domestik.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa periode Mei 2021 hingga Mei 2022, pilihan untuk melakukan staycation pada periode tersebut berdampak pada kenaikan tingkat hunian kamar hotel berbintang sebesar 49,85 persen.
Staycation dapat dikatakan seperti slow tourism, yang pada umumnya dilakukan di dalam negeri (domestik).
Ancaman Resesi
Di tengah impian akan meraih asa baru di tahun baru, bayang-bayang ancaman resesi keuangan dan perekonomian dunia “menghantui” sektor pariwisata.
Dalam banyak pemberitaan dikatakan bahwa kondisi ekonomi tahun 2023 akan lebih berat dibandingkan sebelumnya, karenanya perlu banyak penyesuaian untuk dilakukan sebagai bentuk solusi maupun antisipasi.
Kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjaga daya beli di sektor pariwisata perlu dilakukan, antara lain dengan:
Pertama, optimalisasi kebijakan pelonggaran akses bagi wisatawan mancanegara dan mobilitas bagi wisatawan nusantara, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan mengingat pandemi belum benar-benar berakhir.
Kedua, penguatan penerapan disiplin protokol kesehatan dengan terus mengutamakan cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keselamatan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan) atau CHSE. Destinasi dan usaha pariwisata didorong untuk melakukan sertifikasi CHSE untuk keamanan dan kenyamanan wisatawan selama berwisata. Sertifikasi CHSE diberikan oleh Kemenparekraf.
Ketiga, mengutamakan penggunaan produk-produk lokal dengan terus menggaungkan gerakan Bangga Buatan Indonesia. Dengan menggunakan produk dalam negeri akan memperkuat perekonomian domestik dan dapat menekan impor.
Keempat, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) pariwisata dan memfasilitasi para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif dalam pengembangan pasar agar semakin kompetitif.
Melihat pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata dan tren wisata di tahun 2023, kiranya membuat sektor pariwisata akan tetap optimis meskipun menghadapi tantangan dari isu resesi.
Referensi:
kumparan.com
antaranews.com
bps.go.id
wartaekonomi.co.id
antaranews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H