Melihat tren tersebut, destinasi wisata memiliki peluang besar untuk mengembangkan pengalaman berbelanja yang otentik dan unik. Hal ini mampu menambah nilai dari sebuah destinasi wisata dan memperkuat posisi dalam pasar pariwisata.
Berbelanja merepresentasikan sumber pendapatan yang mampu menyumbangkan kontribusi positif bagi pendapatan daerah bahkan nasional. Belum lagi dampak tidak langsung yang dihasilkan karena keterkaitan dengan sektor lainnya.
Wisata belanja mampu memadukan aktivitas berbelanja dengan dengan faktor rekreasi. Dalam berwisata belanja, wisatawan bukan hanya mencari tempat belanja yang unik namun juga keseruan interaksi dengan penjual, yang adalah masyarakat setempat, saat berbelanja.
Snepenger dkk. berpendapat bahwa pengalaman dalam wisata belanja juga berkaitan dengan aspek estetika, dimana wisatawan dapat merasakan dan memikirkan suatu produk meskipun berbelanja bukan menjadi motif utama dalam perjalanan.
Motivasi Wisatawan dalam Berbelanja
Motivasi wisatawan terkait erat dengan perilaku pembelian mereka. Merangkum dari pernyataan para ahli yaitu Berry dan Pysarchik.
Faktor-faktor yang memotivasi dalam berbelanja antara lain adalah faktor harga, kualitas, kenyamanan lokasi, kemudahaan akses, atmosfer toko, jam operasional toko, layanan yang diberikan, promosi, iklan, reputasi, dan ketersediaan area parkir.
Wisatawan yang berbelanja menurut Timothy dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah wisatawan yang belanja sebagai alasan utama mereka dalam melakukan perjalanan disebut sebagai shopping tourists.Â
Kategori kedua adalah wisatawan yang memiliki alasan utama lain dalam melakukan perjalanan, tetapi yang terlibat dalam belanja sebagai aktivitas insidentil selama perjalanan mereka atau disebut sebagai tourism shoppers.Â
Motivasi wisatawan terkait erat dengan perilaku pembelian mereka. Wisatawan saat berbelanja termotivasi oleh faktor psikologis dan juga nilai manfaat dari produk.Â