Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Wisata Taro, Desa Tertua di Pulau Dewata yang Mengusung Konsep "Eco-Spiritual Destination"

13 April 2022   09:00 Diperbarui: 13 April 2022   17:29 3573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati Minuman dan Makanan Ringan di The Fireflies Garden (Foto: Dokumentasi Theodosia C. Nathalia)

Pura ini memiliki keunikan berupa Titi Gonggang, yang tak sembarangan bisa dilintasi. Jika dilanggar, maka wajib menghaturkan pacaruan dengan sarana ayam sebagai pengganti. Jika pura di Bali sebagian besar untuk persembahyangan menghadap ke timur, namun di Pura Agung Gunung Raung, persembahyangan menghadap ke arah barat. Dan sebagai bentuk penghormatan bagi Maha Rsi Markandeya, di areal Pura Agung Gunung Raung dibangun sebuah patung replika pada tahun 2011.

Pura Agung Gunung Raung (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Pura Agung Gunung Raung (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Konservasi Lembu Putih

Di Desa Taro terdapat taman konservasi untuk melestarikan lembu putih. Taman ini dikelola oleh Yayasan Lembu Putih. Yayasan ini berhasil mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahun 2018 untuk kategori penyelamat lingkungan. 

Monumen Penghargaan Kalpataru (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Monumen Penghargaan Kalpataru (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Pada saat memasuki taman, terdapat sebuah patung Dewa Siwa menunggangi Nandini. Lembu putih atau yang lebih dikenal dengan sebutan Nandini adalah hewan yang disucikan dan dihormati di Desa Taro. Dalam Hindu, Nandini disimbolkan sebagai kendaraan Dewa Siwa, dewa yang memiliki fungsi sebagai pelebur. 

Patung Dewa Siwa Menunggang Nandini (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Patung Dewa Siwa Menunggang Nandini (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Keberadaan lembu putih ini terkait dengan kedatangan Ida Maha Rsi Markandeya di abad ke-7.  Di taman ini kita bisa melihat dari dekat lembu putih dan diingatkan untuk tidak berkata kasar dan menyakiti lembu.

Konservasi Lembu Putih (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Konservasi Lembu Putih (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Semara Ratih Delodsema Village

Delodsema Village memiliki pemandangan yang indah. Di sini kita dapat melihat masyarakat yang membuat kerajinan tangan seperti perak, rumah-rumah tradisional Bali, areal persawahan, serta hutan bambu. 

Pengrajin Perak (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Pengrajin Perak (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Untuk menuju lembah, kita menyusuri jalan menurun selama kurang lebih 15-20 menit. Saat tiba, kita disuguhi pemandangan yang sangat cantik dan asri dimana lembah di Delodsema Village dibuat berundak. 

Lembah di Delodsema Village (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Lembah di Delodsema Village (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Di ujung selatan desa terdapat pertemuan sungai atau yang disebut campuhan. Di sini dibuat tempat kuliner dengan desain yang menyatu dengan alam bernama Semara Ratih. Kita dapat menikmati pemandangan alam sambil menikmati kuliner yang lezat.

Kuliner di Semara Ratih (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Kuliner di Semara Ratih (Foto: Dokumentasi Pribadi)
The Fireflies Garden

Di Desa Taro juga terdapat sebuah taman konservasi untuk kunang-kunang yang bertujuan mengembalikan ke ekosistem alami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun