Pariwisata dan Ancaman Varian Omicron
Kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia menurut Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) hingga Rabu, 26 Januari 2022 telah mencapai 1.755 yang masih didominasi dari pelaku perjalanan luar negeri.Â
Namun ada pula yang berasal dari transmisi lokal. Bertambahnya kasus COVID-10 varian Omicron ini memberikan dampak yang buruk bagi sektor pariwisata.
Libur Natal dan Tahun Baru 2021 lalu sempat memberi angin segar bagi pelaku usaha pariwisata, salah satunya adalah usaha penyediaan akomodasi. Tingkat hunian kamar saat libur Nataru mengalami peningkatan yang dapat dikategorikan signifikan.Â
Data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali mencatat tingkat hunian kamar hotel di Bali sebesar 55%, yang mana 95% adalah wisatawan nusantara.Â
Yogyakarta yang juga merupakan destinasi wisata favorit, pada saat libur Nataru lalu mengalami peningkatan tingkat hunian kamar, khususnya di Kabupaten Sleman yang merupakan wilayah dengan banyak keberadaan akomodasi mulai dari homestay hingga hotel bintang lima. Tingkat hunian kamar di sana mencapai hingga 95%. Begitu pula untuk tingkat hunian kamar di Kota Bandung yang mengalami peningkatan.
Data ini menunjukkan bahwa orang mulai kembali melakukan perjalanan dan aktivitas wisata. Namun kondisi ini dimungkinkan akan berubah sejak bertambahnya kasus COVID-19 varian Omicron. Melihat hal ini, Pemerintah tetap optimis bahwa varian Omicron dapat terkendali dengan baik.
Sektor pariwisata terus berupaya bangkit di tengah pandemi yang masih terus berlangsung. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menghimbau agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan di seluruh ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif. Pelonggaran kegiatan masyarakat memang menumbuhkan aktivitas ekonomi tak terkecuali di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Wisata Olahraga di Tengah Pandemi
Berbagai gelaran event olahraga internasional rencananya akan digelar di Indonesia. Hal ini diharapkan mampu untuk mengembangkan wisata olahraga.Â
Wisata olahraga merupakan jenis wisata yang berfokus pada perjalanan olahraga. Istilah wisata olahraga adalah konsep yang jauh lebih luas yang mencakup olahraga sebagai rekreasi sekaligus juga kompetitif.
Salah satu event olahraga yang paling ditunggu adalah MotoGP di Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat. Event ini dipastikan tetap akan terselenggara di tengah ancaman kasus Omicron.Â
Gelaran MotoGP sangat berpengaruh dalam pengembangan wisata olahraga bagi NTB pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Apalagi setelah sebelumnya NTB berhasil menyelenggarakan World Superbike 2021.
NTB dinilai layak menjadi destinasi wisata olahraga unggulan di Indonesia. NTB memiliki potensi kewilayahan yang dapat mendukung penyelenggaraan event olahraga.Â
Salah satu kawasan yang menjadi perhatian adalah Mandalika. Mandalika merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2014. Mandalika masuk sebagai salah satu dari Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas.Â
Hal ini menjadi keuntungan tersendiri karena fokus pengembangan di Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas terkait dengan tata ruang, konektivitas, fasilitas wisata, sumber daya manusia, pemasaran produk lokal, dan promosi dalam skala besar.
Penyelenggaran event wisata olahraga memberikan nilai manfaat antara lain peningkatan devisa negara, percepatan pembangunan, peningkatan tingkat hunian kamar hotel, peningkatan sumber daya manusia pariwisata, pengembangan destinasi pariwisata, peningkatan citra Indonesia, peningkatan media value, pemberitaan berita internasional, dan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara.
Terkait dengan MotoGP, dibutuhkan perencanaan yang lebih matang dari seluruh pihak. Perencanaan ini bukan hanya tentang penyelenggaraan event secara teknis namun juga tentang kesiapan akomodasi dan pengembangan atraksi wisata.Â
Kemenparekraf memproyeksikan penonton yang berasal dari luar negeri dan domestik dapat mencapai hingga 100.000 orang. Namun total akomodasi mulai dari hotel, penginapan, hingga desa wisata di Lombok hanya 23 ribu unit per Desember 2021.
Untuk mengantisipasi permintaan akomodasi dari calon wisatawan, homestay dapat dipersiapkan sebagai alternatif. Kementerian PUPR membangun Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) sebanyak 300 unit pada akhir tahun 2021 lalu.
Kementerian Perhubungan juga turut menyediakan kapal Pelni untuk dijadikan penginapan apung. Selain itu ITDC dan Pemda NTB bekerja sama dengan produsen perlengkapan outdoor, Eiger, mengembangkan area camping di kawasan Mandalika dengan menyediakan 100 unit tenda yang masing-masing tenda dapat diisi maksimal 4 orang. Bali sebagai lokasi terdekat dengan Lombok juga dipersiapkan untuk gelaran MotoGP ini.
Bukan hanya akomodasi, atraksi wisata di NTB juga harus dipersiapkan. NTB memiliki potensi alam yang indah, kekayaan budaya, dan keragaman produk lokal yang dapat dikemas menjadi paket wisata yang menarik.Â
Hal ini dapat menjadi daya tarik bagi calon wisatawan yang hendak menyaksikan gelaran MotoGP sekaligus mengeksplorasi alam dan budaya NTB. Pengemasan paket wisata ini kiranya diikuti dengan promosi sehingga pada akhirnya penyelenggaran MotoGP dapat memberikan manfaat ekonomi bagi NTB.
Pandemi COVID-19 mengubah tren pariwisata dimana wisatawan lebih tertarik untuk melakukan aktivitas di luar ruangan karena didorong oleh meningkatnya kepedulian wisatawan terhadap kesehatan, kebersihan, keselamatan, dan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu event wisata olahraga dinilai mampu untuk membangkitkan ekonomi dan sektor pariwisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H