Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menakut Nakuti Perokok

21 September 2014   20:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:01 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, mungkin para aktivis anti rokok mesti bertindak revolusioner. Mengusulkan agar rokok dikategorikan sebagai zat adiktif sekelas narkotika. Dengan demikian maka rokok adalah bahan terlarang. Masalahnya berani tidak pemerintah menetapkan rokok sebagai bahan terlarang?. Sepertinya tidak karena taruhannya besar. Bisa-bisa terjadi revolusi karena rokok.

Soal menetapkan rokok sebagai bahan terlarang itu sudah dicoba oleh institusi atau kelompok berbasis agama. Dan hasilnya justru pertentangan yang malah berpotensi untuk menimbulkan konflik atau friksi antar kelompok yang bahkan se-agama.

Sejauh saya tahu yang paling ampuh dalam menakuti perokok adalah dokter. Terbukti seorang teman yang bisa dikategorikan sebagai kereta uap, karena selalu mengepulkan asap, total bisa berhenti karena ultimatum dokter. Ceritanya ketika dirawat beberapa hari di rumah sakit, sang dokter berkata “Kalau tidak ingin kembali ke ruang ini, hentikan rokok”

Dan teman yang merasaa saat dibawa ke rumah sakit itu hampir mati, akhirnya tanpa ba bi bu langsung berhenti. Jadi seberani apapun, para perokok pasti tak akan menukar hidupnya dengan rokok. Dan otoritas yang paling berwibawa untuk mengatakan hal itu adalah dokter. Itulah kenapa hingga hari ini perjuangan paling berat yang harus saya hadapi adalah menghindari sakit dan dirawat di rumah sakit.

Pondok Wiraguna, 21 September 2014
@yustinus_esha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun