klentheng di pesarean gunung Kawi / dokpri
Meninggalkan klenteng dan ciam si, saya berjalan ke atas, lewat sebuah pintu gerbang, kemudian melewati beberapa anak tangga. Disitu lah saya disambut dengan keteduhan
pohon dewandaru, yang berada dalam sebuah pagar yang mengelilinginya. Konon, jika Anda kejatuhan salah satu bagian dari pohon, misal daun, ranting atau buah, maka Anda akan mendapat kekayaan.Â
Dewandaru sendiri artinya pembawa pesan dari para dewa. Dari namanya aja udah kelihatan wow banget ye kan. Maknanya begitu dalam. Pesan dari para dewa. Untuk siapa? Tentu untuk manusia yang masih menjelajah alam semesta ini.Â
Eitsss, bagian apapun yang jatuh dari pohon dewandaru itu harus didapat dengan secara tidak sengaja lo. Artinya jangan mendapatkannya misalnya dengan cara menggoyang-goyangkan pohonnya supaya jatuhlah daunnya. Jadi kalo dibayangkan, biarkan daun atau ranting atau buahnya jatuh dengan memilih kepada siapa ia akan jatuh. Hmmmm.
Ciam si di area klentheng / dokpri
para penjual bunga setaman / dokpri
Di belakang pohon dewandaru itu terdapat  sebuah bangunan seperti joglo tapi tertutup, di dalamnya lah terdapat sebuah makam, yang dipercaya sebagai makam Mbah Jugo atau
Eyang Jugo yang dikenal sebagai pengawal Pangeran Diponegoro. Pada saat saya datang, sedang berlangsung tahlilan di dalam joglo tersebut.
Nah, dari sini saya mulai sadar bahwa ini menarik. Perpaduan budaya Jawa dan Cina yang menyatu dalam satu frekuensi. Bunyi lonceng klentheng dan suara orang mengaji, meski berjauhan tapi rasanya menyatu dalam satu nada. Nada kepada Sang Khalik, pemilik kehidupan ini.
pintu gerbang ke area pemakaman jika dilihat dari bagian dalam / dokpri
toko-toko penjual pernak-pernik dan peralatan ritual / dokpri
Peristiwa ini menggambarkan bahwa perbedaan keyakinan tidak menghilangkan esensi dari menyatukan diri dengan Sang Pencipta. Selalu ada media yang digunakan untuk menuju pada kebatinan dan kedekatan dengan Sang Pemelihara Kehidupan. Yang jelas, hanya kepada Tuhan saja kita boleh meminta dan bersandar serta berlindung dari hiruk pikuk dunia ini.
Tetap terberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya