Mohon tunggu...
Yusticia Arif
Yusticia Arif Mohon Tunggu... Administrasi - Lembaga Ombudsman DIY

I Q R O '

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lorong ke Tuhan

11 November 2015   10:28 Diperbarui: 11 November 2015   10:28 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sak dawa-dawane lurung isih dawa gurung

kuwi tetembungan jaman wingi

lha saiki nganti garing-erak gurungku

ngandhani kowe kabeh ndak kon ngresiki lurungmu

seka sangkrah, kang blarah, pating klarah, ora nggenah

 

kowe tetep mingkuh, kukuh,

gegedhuk samaladhuk

dhuk-dheng samaladheng

 

mbok coba saponana lurungmu

resikana dalan margimu

njajah desa milang kori

ketemu kabeh sedulur

siji mbaka siji.

 

 

Versi Terjemahan

sepanjang-panjang lorong masih panjang kerongkongan

demikian pepatah lama mengatakan

sekarang, hingga kering-serak kerongkonganku

memperingatkan kalian untuk membersihkan lorongmu

dari sampah, yang berserakan, berhamburan, tak karuan

 

kalian tetap bergeming, bersikukuh

gegedhuk samaladhuk

dhuk dheng samaladeng

 

coba kau sapu dan bersihkan lorongmu

bersihkan jalan tempat engkau lewat

menjelajah desa, menghitung pintu

bertemu dengan semua saudaramu

satu demi satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun