(11) jenang ngangrang, bermakna: manusia harus belajar mengontrol emosi kemarahannya agar kekuatan pada dirinya dapat bermanfaat untuk semua orang
(12) jenang kolep, bermakna: manusia sebagai makhluk sosial selalu dihadapkan pada perbedaan-perbedaan. Menghormati dan menghargai perbedaan dalam masyarakat yang plural dan multikultur menjadi nilai penting dalam kehidupan sehari-hari
(13) jenang pati, bermakna: melebur nafsu dan pasrah kepada Allah
(14) jenang taming, bermakna: belajar menjaga kekuatan diri kita dengan berdoa kepada Allah dan mengenali serta memahami kelemahan diri sendiri
(15) jenang lemu mawi sambel goreng, bermakna: tak lelah membangun semangat baru dalam kehidupan
(16) jenang koloh, bermakna: kesempurnaan adalah tujuan hakiki kehidupan manusia, yang sering dilalaikan dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu terus berproses dalam mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat
(17) jenang katul : kita tidak bisa hidup sendiri, dan selalu membutuhkan orang lain
[caption id="attachment_324570" align="aligncenter" width="499" caption="Pengunjung mengabadikan macam-macam jenang"]
Melihat makna-makna yang dilambangkan oleh sebuah sajian sederhana bernama jenang tersebut, kita menjadi semakin sadar bahwa hidup semata-mata hanyalah artifisial saja. Dengan melihat festival jenang di Kota Solo ini, mestinya kita kemudian menjadi sadar diri bahwa proses kehidupan itu tidak sederhana.
Festival ini betul-betul menjadi bahasa "sederhana" sebagai pengingat kehidupan manusia yang super kompleks itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H