Pemimpin dan kepemimpinan organisasi  pemerintah  pada  umumya dan pemerintah Kelurahan pada khususnya  menjadi  perhatian  utama publik  baik  secara  kualitatif  maupun kuantitatif.  Seiring  dengan  tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman tersebut, diperlukan  pemimpin  yang  berkualitas sehingga pelayanan publik dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara  cepat,  efektif  dan  akuntabel. Namun   demikian   sampai   saat   ini sebagian  opini  masyarakat  menyatakan bahwa manajemen pemerintahan Kelurahan dinilai belum dapat melayani kebutuhan masyarakat secara optimal.Penyatuan persepsi dan langkah terhadap  pelaksanaan  tugas  pokok  dan fungsi  organisasi,  seorang  pemimpin perlu memperhatikan apa yang disebut budaya  organisasi.  Budaya  organisasi merupakan  suatu  hal  yang  dapat  di rekayasa  menuju  perubahan  budaya yang  lebih  baik.  Pemimpin  dituntut memberikan teladan kepada bawahannya dan masyarakat di lingkungan  organisasi  tersebut  tentang nilai-nilai   yang   diterapkan.   Peranan pemimpin dalam  menciptakan  budaya organisasi  harus  direncanakan  serta diarahkan untuk semua anggota organisasi. Sebagai seorang pemimpin di tingkat kelurahan, Lurah mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda demi membangun pengakuan masyarakat dan untuk membangun eksistensi dan membantu kelancaran kebijakan maupun tugas-tugas yang diembannya Lurah diharapkan mampu menjalankan roda pemerintahan desa atau kelurahan dengan baik dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, sehingga apabila aparatur desa menunjukkan kinerja yang bagus dalam penyelenggaraan pemerintahan kesejahteraan masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan meningkat.
Dalam  sector  public,  penerapan  gaya  kepemimpinan  adalah  hal  sangat  dibutuhkan  dalam  mempengaruhi  disiplin kerja  para  pegawainya.  Salah  satu  organisasi  dalam  sector  public  terdapat  disebuah  instansi  pemerintahan  yang  memiliki  peran  dan  tujuan  sepenuhnya  untuk  melayani  masyarakat. Di  Surabaya  instansi  pemerintahan  dalam  melayani  masyarakat  salah  satunya  adalah  Kantor  Kelurahan .  Dalam  kasus  ini  Kantor  Kelurahan  Baratajaya  Kota  Surabaya merupakan sebuah instansi pemerintah yang dipimpin oleh seorang Lurah. Dari hasil  observasi yang dilakukan di Kantor Kelurahan Baratajaya Kota Surabaya diperoleh informasi  bahwa masih banyak kinerja para pegawai yang kurang maksimal dalam melakukan tanggung  jawab  pekerjaannya.  Mulai  dari  hal  kehadiran  kedatangan  kerja,  kurang  memaksimalkan  pelaksanaan instruksi dari Lurah, masih melanggar peraturan  yang telah ditetapkan, dan dari  segi  motivasi  kinerja  pegawai  yang  kurang  memuaskan.  Biasanya  hal  yang  paling  mudah  dijumpai  adalah  kurangnya  komunikasi  dan  keterbukaan  antara  Lurah  dengan  pegawai  sehingga silahturrahmi tidak terjalin dengan akrab.
METODE PENELITIANÂ
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif dengan membahas gaya kepemimpinan yang dilakukan Lurah dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai di Kantor Kelurahan Baratajaya Kota Surabaya. Sumber data ada dua yaitu data primer yang berasal dari observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan dan data sekunder berupa buku, jurnal serta sumber internet. Informan ditentukan dengan teknik purposive yang terdiri dari Lurah, Staf dan pegawai kantor kelurahan dan tokoh masyarakat. Menurut Sugiyono (2011), teknik analisa data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, dan teknik keabsahan data mengunakan triangulasi teknik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gaya Kepemimpinan Lurah Di Kantor Kelurahan Baratajaya Kota Surabaya
Dalam suatu organisasi, pembuatan program kerja sangat diperlukan karena program kerja merupakan suatu rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta pendayagunaan seluruh potensi yang ada untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu semua bawahan diwajibkan memiliki program kerja dalam menjalankan tugasnya.
Lurah Baratajaya menggunakan gaya kepemimpinan Transformasional dapat dilihat dari aspek bagaimana seorang pimpinan dalam menyusun program kerja, yaitu pimpinan melibatkan bawahan atau memberikan kepercayaan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam menyusun program kerja. Jika pimpinan tidak melibatkan bawahan dalam menyusun program kerja maka gaya kepemimpinan yang dipergunakan bisa dikatakan bukan suatu gaya kepemimpinan transformasional, melainkan cenderung pada gaya kepemimpinan diktator.
Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Kelurahan Baratajaya Kota Surabaya
Disiplin kerja pegawai di Kantor Kelurahan Baratajaya masih belum baik, karena masih banyak pegawainya melalaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Dimana para pegawai terkadang tidak melakukan tugasnya melainkan melakukan hal pribadinya sendiri dengan cara pergi dari ruang kerjanya dan meninggalkan tugas yang harus diselesaikan. Terkadang pegawai juga pergi keluar Kantor Kelurahan diluar jam istirahat dan hal tersebut sudah melanggar peraturan yang telah ditetapkan dari awal.
Keberhasilan Gaya Kepemimpinan Dalam Memberikan Kepuasan Kerja Pegawai Di Kantor Kelurahan Baratajaya Kota Surabaya