Mohon tunggu...
Yus Santos
Yus Santos Mohon Tunggu... Wiraswasta - Foto Profil Yus Santos

Mahasiswa S3 Universitas Negeri Surabaya , merupakan trainer di bidang pengembangan diri dan pendidikan, menulis 5 buku berbasis Neuro-Linguistic Programming.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Reformasi Kurikulum Belajar dari Empat Andalan di Asia

20 Juni 2021   01:22 Diperbarui: 20 Juni 2021   01:55 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setalah 20 tahun ikut PISA, tahun 2000 ketika Indonesia ikut PISA hingga tahun 2018 terakhir kali PISA keluar ternyata posisi Indonesia tidak banyak beranjak. PISA menilai tiga aspek yaitu literasi (kemampuan membaca), matematika dan sain. Nilai rata rata Indonesia sekitar 360 sd 400. Padahal nilai PISA rata rata dari anggota OECD yang dinilai 489.   

Melihat posisi Indonesia selama 20 tahun stagnan dan dibawah rata rata. Inilah saatnya merombak total sistem pendidikan kita. Merombak sistem pendidikan artinya merombak kurikulum.  Jika ingin peradaban kita maju maka benahi kurikulum, karena kurikulum adalah alat pembentuk peradaban bangsa.

Lalu kurikulum apa dan bagaimana yang harus kita pakai ? 

Ada baiknya kita belajar empat  negara ini. Saat melakukan studi perbandingan kurikulum antar bangsa, keempat negara di ASIA ini kami pilih dengan tiga pertimbangan pertama negara asia karena secara etnografi kita tidak terlalu punya banyak perbedaan, yang kedua negara asia yang kami pilih pendidikannya tergolong bagus dalam indikator PISA oleh OECD 2018 masuk dalam 10 besar terbaik. Ketiga sama halnya dengan negara kita , keempat ini juga mempersiapakan kurikulum Pendidikan abad 21.  

REPUBLIK RAKYAT CHINA

Sebagai langkah atas menghadapi abad 21 maka  pada tahun 2011 Pemerintah  RRC mereformasi kurikulumnya berbasis pengetahuan/ Knowledge driven civilization. Kurikulum ini dianggap sebagai kurikulum yang sesuasi harapan masyarakat. Reformasi ini punya fondasi dasar sebagai berikut :

1. Pendidikan harus berorientasi pada modernisasi dunia luar dan ke masa depan  Menciptakan generasi berwawasan luas dan global dan didasari  setiap individu bisa menggali   potensi kreatifnya serta menemukan kelebihan secara individual. 

2. Reformasi Pendidikan di China sebagai dorongan masyarakat berpengatuhan (knowede Driven Civilization), berpikir kritis dan kreatif dan Pendidikan untuk semua umur serta berlangsung seumur hidup.

3. Model kurikulum  beralih dari sentralistik ke kurikulum dengan berpusat pada peserta didik (student center)

Implentasi dari reformasi kurikulum ini bahwa China mengadopsi pendidikan global dan tetap berpegang pada nilai nilai local yaitu penuh kedisiplinan (jam belajar dan sekolahnya panjang yaitu 8 jam dan setiap hari ada gerak badan dan tidur siang), Walau jam sekolah panjang namun mata pelajaran tidak terlalu banyak, Mereka fokus pada berpikir kritis dan kreatif.. Dan luar biasa China di tahun 2018 nilai PISAnya  melesat di urutan pertama.

SINGAPORE

Tahun 2018 Singapore menduduki rangking ke 2 dalam PISA yang sebelumnya tahun 2015 Singapore di urutan pertama. Pendidikan di Singapore sejak awal berdirinya negara memang sudah berorientasi global. Dalam perkembangannya juga melakukan reformasi Pendidikan dan menekankan di empat hal ini yaitu :

1. Teach less Learn more  (Sedikit diajarkan namun banyak belajar, berfokus pada pedagogi kelas yang mengupayakan agar guru dapat melakukan refleksi tentang cara mengajar di kelas, sehingga ada perbaikan terus menerus tentang pembelajarannya, anak dibiasakan belajar mandiri)  

2. School Excellent Model  sekolah senantiasa mentrasformasi diri menjadi sekolah unggul. Dengan konsep desentralisasi pendidikan, sekolah- sekolah tersebut diberikan otonomi yang lebih luas, sehingga dapat lebih fleksibel dan responsive dalam memenuhi kebutuhan siswa dan Kepala sekolah didorong untuk menjadi Chief Executif Organization (CEO) di sekolah yang bertugas memimpin anggotanya, mengelola sistem sekolah dan menciptakan inovasi Pendidikan.  

3.Thinking School (Menanamkan kemandirian dan keterampilan berpikir kritis)

4. Learning Nation (Kebiasaan belajar berkelanjutan dengan tantangan teknologi dan globalisasi)

Di Negara ini tidak banyak mata pelajaran seperti di Indonesia namun aspek utamanya adalah berpikir kritis, dan budaya membaca.

JEPANG

Reformasi konstitusi Pendidikan di Jepang (kyouiku kihon hou) meliputi 7 aspek sebagai jawaban atas globalisasi Pendidikan : 

1. Kemampuan  dasar skolastik (berpikir kritis dan kreatif) Lingkungan belajar yang  menyenangkan, jauh dari tekanan, ada kegiatan ekstrakurikuler olahraga, seni dan social lainnya.

2. Pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat, terbuka, siswa aktif dalam kegiatan massyarakat, perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah.

3 . Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya ortu dan masyarakat. Dengan cara dilakukan evaluasi sekolah secara mandiri dan oleh pihak luar.

5. Melatih Guru menjadi tenaga professional, Pengembangan sekolah dan universitas bertaraf international

Dalam menjawab tantangan globalisasi Pendidikan di Jepang tetap mengelaorasikan nilai nilai budaya yang tetap dipertahankan , ini berapa cirikas persekolahan yang menonjol di Jepang

1. Tidak ada petugas kebersihan, siswa dan guru kolaborasi dalam kebersihan.

2. Tidak ada guru pengganti, jadi kalua guru berhalangan murid terbiasa belajar sendiri di kelas.

3.Sekolah di Jepang sedikit liburnya, mempelajari sesuatu tidak perlu banyak amun fokus , detil dan mendalam.

4.Tradisi hormat kepada guru guru, aspek tradisional /budaya porsinya tinggi dalam hidden curriculumnya, Sekolah makan siang bersama antara guru dan murid.

Meskipun pengaruh global sangat kuat , Jepang mengikuti aras kemajuan pendidikan barat dan terbukti nilai PISA memang selalu ada di deretan atas namun demikian aspek budaya dan tradisi tetap dijunjung tinggi dalam Pendidikan di Jepang.

KOREA SELATAN

Sejak kemerdekaannya sudah 7 kali ganti kurikulum, Korea selalu beradaptasi dengan kemajuan global dan selalu melakukan reformasi kurikulum. Selalu ada semangat HONGIK INGAN yang merupakan value system bangsa Korea.   Karakteristik Pendidikan di Korea selalu merujuk pada : Pembinaan karakter, Kerja Keras dan meningkatkan pengetahuan untuk kesejahteraan masyarakat luas.

Dalam reformasi Pendidikan terbaru untuk abad 21 ini terjadi tahun 2005 Kementrian Pendidikan menetapkan kompetensi utama.   yaitu :

1.Self Management competency  (Kemampuan mengatur kompetensi diri sendiri, identitas pribadi dan kepercayaan diri  dan tahu kualifikasi dasar yang diperlukan untuk kehidupan dan karier.)

2. Knowledge/information processing competency (Kompetensi  pengetahuan dan informasi untuk menyelesaikan masalah secara rasional)

3. Creative Thinking Competency (Kemampuan berpikir kreatif, mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dari berbagai bidang professional.)

4. Aesthetic Emotional Competency (Kemampuan menemukan dan menghargai makna , nilai kehidupan didasarkan pada pemahaman empati pada orang lain).

5. Communication Competency (Kemampuan untuk secara efektif mengekspresikan pikiran dan perasaan , mendengarkan dengan penuh perhatian dan menghormati pendapat orang lain)

6. Civic Competency (Kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan masyarakat )  

Pendidikan di Korea juga menekankan berpikir kreatif,Kritis dan Komunikatif. Jam Sekolahnya panjang.Nilai nasionalisme dijunjung tinggi. Di Korea mata pelajaran juga tidak sebanyak di Indonesia.

Empat negara boleh dibilang jelmpolan dalam Pendidikan bahkan mulai bersaing dan mengungguli negara negara barat.  Bahkan dalam ututan PISA masuk dalam 10 besar   baik untuk kemampuan membaca, sain dan matematika.

Dua Hal Pokok Reformasi Kurikulum Kita  

Benang merah keunggulan keempat negara tersebut adalah kurikulum yang bertujuan supaya siswa berpikir kreatif dan kritis,  dan pelajarannya tidak sebanyak pelajaran di Indonesia sehingga mereka punya waktu mendalam dan fokus serta sangat dalam Ketika belajar sesuatu. Ini berbeda dengan di Indonesia yang siswanya belajar sangat banyak mata pelajaran.  Reformasi kurikulum kita sudah satnya berani menghapus banyak pelajaran fokus saja terhadap pelajaran yang menjadikan anak berpikir kritis dan kreatif. Maklum selama ini pelajaran di Indonesia sangat banyak sehingga tuntutannya adalah mengerti dan mengingat maka banyak guru yang menekankan pada hafalan.

Kesehatan fisik dan pikiran sangat diperlukan sebagaimana China ada banyak olah tubuh dan nafas sebelum pelajaran artinya aspek Kesehatan tubuh dan pikiran penjadi penting dalam kurikulum, ada baiknya kita juga menerapkannya. Dan buat sekolah itus menyenangkan sehingga walau jam belajarnya panjang siswa tetap bahagia.  Sekaranglah saatnya kita reformasi kurikulum kita.

Yus Santos, Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya, Sedang Meneliti Kurikulum Antar Bangsa. Penulis 5 Buku pengembangan diri berbasis Neuro-Linguistic Programming.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun