Maka menjadi sebuah pertanyaan besar dalam masa depan 4.0; "di mana letak jati diri manusia untuk bisa disebut sebagai manusia?"
Meski Jepang sudah mencoba menjawab hal tersebut dengan menghadirkan society 5.0, tapi apakah benar-benar akan menjadi sebuah jawaban? Sedangkan di sisi lain, batasan kecerdasan buatan meski telah terjadi kesepakatan, namun secara hukum belum atau bahkan tidak memiliki batasan. Dan sialnya, kecerdasan buatan memiliki perkembangan yang sangat pesat.
So, being or beyond sapiens 4.0? Menjadi manusia dengan jati diri manusia seutuhnya adalah sebuah keharusan. Jika tidak? bukan kemustahilan jika pada akhirnya kemanusiaan manusia terdegradasi oleh buatannya sendiri.
Malang, -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H