Manusia sertifikat tak mementingkan ilmu, skill, kompetensi, apalagi karakter personal. Ia hanya mementingkan gelar dan secarik kertas bernama ijazah. Orang semacam ini, kalau datang ke seminar, tak mengharap ilmu. Ia hanya mengejar dan perlu sertifikatnya saja. Begitu juga kalau kuliah. Ia mendaftar dan bayar, tetapi tidak kuliah karena yang dicari bukan ilmu, tetapi gelar dan sertifikat.
Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dunia pendidikan harus mampu mengedukasi masyarakat, terutama anak didik agar menjadi manusia pembelajar (become a learner). Manusia pembelajar adalah orang yang terus belajar, mempertinggi kemampuan (kompetensi) agar bisa memberi kontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa dan kemanusiaan.
Membangun budaya pembelajar di perguruan tinggi, merupakan salah satu solusi cerdas untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi kita. Potensi yang dimiliki dosen dan mahasiswa haruslah dikembangkan secara seimbang (balance) sehingga tidak tumpang tindih satu sama lain. Karena 3 potensi dasar tersebut, yaitu moral, intelektual, dan fisik merupakan sebuah kesatuan utuh yang perlu dikembangkan.Â
Sehingga efeknya mereka mampu berfikir, memahami dan melaksanakan apa yang diinginkannya dengan fokus yang nantinya akan berbuah pada bingkai yang positif.
Dosen yang berprofesi sebagai pendidik dan pengajar, dan mahasiswa sebagai seorang yang sedang menjalani proses pendidikan formal adalah bagian dari manusia pembelajar.Â
Dosen bukan hanya sekedar mengajar dan membimbing semata, begitupun mahasiswa bukan sekedar mengejar prestasi akademis semata, keduanya memiliki peran penting dalam menentukan nasib bangsa nantinya.
Dosen, mahasiswa, dan dunia kampus dituntut untuk membawa angin segar perubahan, menjaga nilai-nilai postif yang ada di masyarakat, dan tentunya sumber daya manusia yang selalu siap untuk dimanfaakan bangsanya.
Manusia pembelajar, mencintai hal-hal baru, pemikiran baru, dan keterampilan baru. Ia belajar bukan hanya untuk mengetahui, tetapi lebih dari itu untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Manusia pembelajar belajar dan mengembangkan ilmu tak hanya dari bangku kuliah dan text book, tapi juga pengalaman dan dari realitas kehidupan sebenarnya.
Manusia pembelajar setidaknya memiliki lima sifat yang menjadi karakter dan etos utama intelektualnya. Pertama, rasa ingin tahu yang tinggi. Inilah sifat yang membuatnya rajin belajar dan memiliki kemauan belajar yang kuat.Â
Dari banyak riset, anak menjadi pandai bukan karena diajar, tapi karena ia semangat dan rajin belajar. Meski berstatus mahasiswa atau dosen, bilamana tidak ada lagi rasa ingin tahu, mereka senyatanya bukan pembelajar.